Kisah-kisah yang hot
Jumat, 30 Agustus 2013
Maaf'kan Aku Papa
Dengarkanlah kisah'ku ini...
Aku baru saja naik ke-kelas 2 SMP saat aku mulai merasa ada yang salah dalam diriku (saat menceritakan ini usiaku sudah 16 tahun). Sebagai sisiwi SMP aku termasuk anak yang pintar. Namaku Anisyah, panggilan sehari-hariku Nisyah. Aku lebih suka bergaul dengan teman yang diatas usiaku, dan aku punya teman akrab yang masih tetanggaku, mereka adalah mbak Inun (18)tahun dan mbak Riska(18)tahun. Mereka berdua saat itu masih duduk dibangku SMA kls 3. Walaupun aku masih kls 2 SMP tapi mereka menganggapku sebagai teman baik, dan aku juga merasa beruntung karena banyak hal berupa wawasan yang bisa aku dapatkan dari mereka berdua.
Suatu hari kami pernah ngumpul saling ngegosip dirumah mbak Riska, karena kebetulan ortunya dan adiknya lagi bepergian kerumah pamannya. Kami bertiga banyak bercerita dan saling curhat sambil menikmati rujak yang kami buat sendiri. Ntah darimana awalnya mbak Riska bisa cerita tentang dia dan pacarnya, begitu juga mbak Inun, gak mau kalah menceritakan perjalanan cintanya dengan pacarnya. Aku tidak tau sama sekali kalau waktu itu pergaulan mereka berdua sudah melewati batas wajar, dan aku menyadarinya setelah aku terjerumus akibat pengaruh pergaulan dan cerita mereka. Aku ingat waktu itu mbak Riska bercerita kalau pacarnya sangat menyayanginya dan sangat bangga punya pacar, begitu juga mbak Inun, yang mengatakan sungguh nikmat berpacaran. Waktu itu aku tidak tau sama sekali tentang arti pacaran yang sesungguhnya, karena usiaku masih hampir 14 tahun.
Kalaulah saat itu aku menyadari bahwa mereka bukanlah teman yang baik, mugkin aku tidak menjadi seperti sekarang ini. Aku merasa seperti menyesal dan seperti merasa ada yang lain pada diriku. Berkali-kali aku curhat menceritakan pada orang yang sudah dewasa tentang semua yang kualami, tapi tetap saja beranggapan bahwa aku yang salah.
Disaat acara ngumpul dirumah mbak Riska itu, ada hal yang membuatku selalu tanda tanya, ada hal yang membuat pikirannku selalu membayangkannya, dan aku semakin penasaran aja. Menurut mereka berdua (yang saat itu aku tidak tahu sama sekali kalo mereka punya niat buruk padaku), cewek remaja itu dijaman sekarang gak jamannya lagi kalo belum kenal cinta, gak jamannya lagi kalo belum punya pacar. Dan mereka berdua juga sangat terbuka padaku, bahkan mereka cerita kalau mereka sudah tidak perawan lagi. Menurut mereka juga, sex itu indah...sex itu segalanya apalagi bila dilakukan dengan pacar. Semua cerita mereka saat itu seolah membuat agar aku malu belum punya pacar. Aku bahkan saat itu diejek, dikatai kalo aku itu kurang pergaulan, walau aku sudah bilang umurku baru hampir 14 tahun, tapi malah dibilang kalo aku itu anak mami, anak pingitan dan tidak kenal dunia luar. Sebagai gadis remaja yang sudah SMP aku marasa malu dikatain begitu, aku merasa gak senang kalo dibilang kurang pergaulan. Dan masih kuingat kalau ada kata-kata mereka yang katakan, bahwa aku tidak pernah punya cerita gaul tentang pacaran dan nikmat pacaran. Dan aku lebih merasa terhina lagi saat mbak Ani bilang, wanita itu belum dikatakan wanita kalo belum rasakan sex...wanita itu masih belum bisa dibilang wanita sesungguhnya, kalo belum menikmati sex. Perkataan itulah yang buat diriku yang akhirnya menjadi pukulan berat bagiku. Aku tidak bisa bilang apa-apa saat mereka mengatakan itu setengah mengejek padaku, bahkan kuingat mataku hampir berkaca-kaca saat itu karena malu sekali mendengarnya. Mereka berdua sadarkan aku, kalo aku memang gadis yang tidak gaul alias kuper, gadis pingitan yang belum kenal cinta dan sex. Dan aku juga gadis yang belum bisa dikatakan wanita yang sesungguhnya, karena belum pernah merasakan atau menikmati sex.
Sejak mendengar perkataan teman-temanku itu, setiap hari hanya perkataan itu saja yang ada dalam lamunanku, setiap saat teringat dan itu membuatku sedih. Aku jadi malu pada diriku sendiri (ternyata aku kuper). Dan sejak itu aku sering menghindar dari mereka berdua, karena kusadari diriku kuper. Setiap hari aku melamun dan mengingat-ingat cerita mereka, mengingat cerita mereka tentang ciuman, cerita mereka tentang melakukan sex, cerita mereka cara memuaskan pacar mereka. Apalagi mereka bilang, buat apa punya wajah cantik kalo belum punya pacar dan belum tahu sex, belum rasakan nikmatnya sex. Kata-kata itu bila terngiang ditelingaku menyakitkan sekali. Dan aku gak mau jadi gadis yang kuper seperti yang temanku katakan, aku tidak mau jadi gadis kuper yang belum pernah rasakan sex. Dalam hatiku, aku harus punya pacar, aku harus bisa jadi wanita yang sesungguhnya, dan aku gak mau jadi penasaran terus menusrus. Maka sejak itu aku mimpi ingin punya cowok yang bisa jadi pacarku, tapi karena aku masih kls 2 SMP, sulit rasanya nemukan cowok yang bisa jadi pacar. Walau kuakui wajahku sangat manis dan imut, tapi bodiku gak begitu tinggi karena umurku 14 tahun kurang 2 bulan saat itu. Hampir selama 2 bulan aku merubah penampilanku, aku sering dandan secantik mungkin (agar ada yang menaruh perhatian padaku). Tapi sampai 2 bulan aku belum juga menemukan pacar yang kuharapkan, bukan karena aku jelek, tapi gak mungkin aku yang agresif deketin cowok. Maka aku sampai putus asah, karena belum ada dapat cowok yang akan jadi pacarku. Dan sungguh ini buatku makin malu pada diri sendiri.
Hingga disuatu hari, siang itu aku sudah pulang dari sekolah, sudah makan siang dan sudah beres-beres dikit pekerjaan rumah, dan tinggal nyantai mempercantik diriku yang memang manis dan imut. Aku kecarian sama yang namanya sisir. Kucari dikamarku gak ada, kucari-cari dimana-mana juga gak nemukan. Akhirnya kucari dikamar mama (mamaku kerja dari pagi sampai malam sebagai bisnis berlian). Disana kutemukan sisir mamaku yang memang punya alat-alat lengkap untuk merias diri. Dan sungguh ada sesuatu dalam kamar mamaku yang membuat aku sama sekali gak bisa mikir jernih, aku seperti terhipnotis, dan jantungku detaknya gak menentu. Saat itu kulihat papaku sedang tidur diranjangnya (papaku 39 tahun kerjanya gak menentu, tapi punya rumah kontrakan 5 pintu dibelakang rumah kami). Kulihat papa sedang tidur diranjang dengan hanya memakai celana dalamnya saja yang berwarna hitam. Aku langsung keluar kamar karena malu dan takut kalo nanti papa terbangun dan melihatku ada dikamarnya. Baru saja aku akan sisiran dalam kamarku, tapi bayangan papaku yang sedang tidur dalam kamarnya teringat jelas dibenakku, dan sangat mengganggu pikiranku. Aku malah merasa jantungku makin berdetak kuat gak nentu. Dan kuakui pikiranku jadi jorok, jadi teringat cerita temanku tentang sex. Mungkin karena setan telah merasuki pikiranku dan rasa penasaran yang telah lama aku pendam, maka aku beranikan diri untuk masuk lagi kekamar papa. Langkahku pelan agar tidak didengarnya, dan saat aku sudah dipintu kamarnya, aku sempat berhenti, karena perasaan cemas takut kalo dia terbangun dari tidurnya. Hampir kuurungkan niatku waktu itu, tapi karena penasaran yang terpendam selama ini, maka aku melangkah mendekati papa keranjangnya, ruangan kamar papa tidak gelap juga tidak gitu terang kali. Dari jarak 1 meter ketubuh papa, aku berhenti melangkah, aku masih berdiri memandangnya, aku perhatikan matanya benar-benar tidur pulas. Aku pandangi tubuh papaku, "gagah" batinku. Lalu rasa penasaran semakin, waktu kupandang celana dalamnya, yang membuatku melangkah mendekatinya. Aku duduk pelan disampingnya membelakangi wajahnya, dan mataku selalu memandang arah paha dan celana dalamnya, yang saat itu kulihat agak mengembung. Tapi perasaan takut selalu mengingatkanku saat itu. Gimana kalau ketahuan papa kalo aku ada duduk disampingnya.
Sebelum tanganku memegang celana dalamnya, aku melihat kearah wajahnya untuk mastikan kalau papa gak bangun dari tidurnya. Pelan sekali kesentuh celana dalamnya. Karena rasa ingin tauku yang begitu menggebu, kubuka celana dalam papaku dengan sangat berhati-hati sekali, aku takut sekali kalo sampai ketahuan papa. Dengan jari tangan kananku, aku berhasil turunkan cd papa walaupun cuma sedikit, dan ternyata tidak ada tanda-tanda kalau papa terbangun. Dan kutarik lebih bawah lagi cd nya hingga nampak semua benda terlarang papa, dan aku memang terkejut, rasa ingin tauku terjawab sudah, dan aku bukan gadis kuper lagi (karena sudah melihat sendiri alat sex laki-laki meski punya papaku sendiri). Karena teringat cerita teman-temanku tentang sex, rasa penasaranku semakin. Aku kalo bisa jujur, saat itu benar-benar sadar akan apa yang aku lihat, aku merasa suka dengan melihat alat kemaluan papaku. Mungkin inilah cara orang terangsang, cara teman-temanku menikmati pacaran dan sex. Dengan rasa takut dan hati-hati, aku pegang seperti menggenggam kemaluan papa yang bagiku pertama kali melihat dan menyentuh kemaluan laki-laki. Aku tau kalo saat itu kemaluan papa belum menegang, tapi aku juga tau ukurannya sangat gede. Aku suka melihatnya, jujur aku suka. Karena aku sudah merasa nafsu dengan apa yang kupegang, maka aku mencium kemaluan papa yang dinamakan penis itu. Sebagai gadis usia 14 tahun mengakui kalau aku benar-benar suka melihatnya, melihat bentuknya, dan aku terangsang, apalagi aku sudah lama membayangkan seperti ini.
Sambil menggenggam penis papa, kuciumin bagian atas penisnya. Ada perasaan sayang dan suka aku menyentuhnya. Kuperhatikan bentuknya, bulu-bulu lebatnya yang tumbuh disekeliling pangkal penisnya yang ukurannya sangat gede. Walau perasaan takut dan cemas selalu mengawasiku, tapi tidak menghentikan rasa penasaranku untuk terus menyentuhnya. Tidak puas dengan hanya menciuminya...aku malah makin nafsu melihatnya, dan gak tau darimana datang rasa ingin mengemutnya. Aku beranikan diri, aku masukkan kemulutku penis papa, walau hanya bagian kepalanya saja yang bisa aku emut, namun sudah cukup membuatku untuk menikmatinya. Aku benar-benar sudah gak kontrol diri, aku juga heran kenapa ada rasa suka...dan kenapa nafsuku timbul sampai aku mau mengemut penis papa yang lagi tertidur nyenyak. Apakah karena badan papaku gagah...apa karena aku sudah lihat penisya...sungguh sampai sekarang aku masih belum bisa nemukan jawabannya. Dan diwaktu aku lagi asik emut-emut penis papa, aku perhatikan dan rasakan...kok kayaknya penisnya makin memanjang, makin membesar ukurannya, juga makin keras menegak. Dan melihat itu aku malah semakin nafsu dan sangat suka. Lalu karena kulihat mata papa masih tetap tertidur, aku lanjautkan emut-emut bagian kepala pensinya, karena hanya bagian kepala penisnya aja yang bisa kuemut, ukurannya sangat gede.
Kira-kira 2 menit disaat penis papa yang sudah menegang sangat besar itu aku emut-umut, aku merasakan seperti ada tangan yang membelai-belai kepalaku dan juga rambutku. Aku tersadar...sangat terkejut, takut dan sangat malu. Aku tau kalo yang belai-belai kepalaku itu adalah tangan kekar papaku sendiri. "gawat...papa sudah bangun..." jerit batinku dalam hati. Langsung aku bergerak cepat, kuhentikan mengemut penis papa...cd nya aku naikkan lagi menutup penisnya dengan sangat cepat. Dan aku langsung berlari keluar kamar meninggalkan papa diranjangnya, tanpa berani melihat kearah wajah papaku. Karena aku sangat yakin kalo papaku sudah terbangun saat itu (terbukti dia telah belai-belai kepalaku ). Aku masuk kamarku dan langsung menutup pintu kamarku. Aku terduduk ditempat tidurku dengan perasaan cemas dan takut, bercampur dengan rasa malu juga. Aku mengira kalo papaku bakalan datengi aku kekamarku, tapi setelah kutunggu sekitar 5 menit...tidak ada tanda-tanda kalo papa akan datang kekamarku, aku merasa lega dan rasa takutku mulai hilang. Setelah aku merasa semuanya aman, dibenakku masih teringat akan penis papa, masih teringat aku sempat menyentuh dan mengemutnya. Semakin aku membayangkannya, semakin datang pula rasa penasaranku untuk ingin melakukannya lagi. Aku masih merasa terangsang, dan masih saja tidak bisa lupa dengan yang barusan aku lakukan. Setan mungkin telah menguasa pikiranku...mendorong hasratku sebagai gadis belia berusia 14 tahun kurang 2 bulan. Dan saat itu juga aku beranikan diri untuk mengintip papa dikamarnya, aku berharap sekali papaku kembali tidur pulas, agar bisa kuteruskan rasa penasaranku. Dan sesampai dipintu kamarnya, kubuka dikit pintu dan kuintip papa, ternyata dugaanku benar...papa sudah tidur lagi. Aku masuk mendekati papa dengan langkah sangat pelan dan hati-hati sekali. Belum sampai ditepi ranjang papa, langkahku terhenti dan aku merasa heran, aku merasa ada yang beda. Aku lihat papa sudah bugil tanpa cd'nya yang berwarna hitam yang dipakainya tadi. Dan kulihat kebawah...ternyata cd papa sudah ada diatas lantai. Dan herannya papaku tidurnya aku lihat pulas, tapi kok, napa penisnya menegang sangat tegak keatas, ukurannya sangat besar dengan warnanya agak mengkilat kehitaman. Nafsu sungguh tak bisa kubendung saat memandang penisnya yang sudah menegang didepanku. Dan karena aku yakin kalo papaku memang benar-benar tidur, maka aku mendekat, dan duduk dipinggir ranjangnya tapi kakiku masih terjuntai kelantai (posisiku membelakangi wajah papa dan menghadap kepenisnya).
Lalu kucoba pegang tangan kiri papa yang dekat sekali kepahaku, kugoyang-goyang tanganya...dan kulihat tidak ada tanda-tanda kalo papaku terbangun, "aman" batinku. Langsung kupegang penisnya yang sedang menegak itu, kubelai lalu kubuat gerakan tanganku seperti naik turun saat menggenggam penisnya. Bahkan jari-jari tanganku gak bisa nyatu menggenggamnya...penis papaku sungguh gede, panjang dan besar. Sangat kusuka melihatnya "mungkin semua laki-laki dewasa pasti penisnya gede seperti ini" ucapku dalam hati saat memegangnya. Aku masukkan lagi kemulutku dan aku emut-emut makin nafsu. Aku senang sekali emut penis papa, karena kupikir ini kesempatan untukku, mumpung papa lagi tidur. Sambil terus aku emutin kepala penisnya aku lihat juga sekali-sekali kewajahnya, takut kalo papa terbangun lagi. Dan ternyata papa tidak terbangun dan dia juga tidak ada belai-belai kepalaku, itu buat aku sangat yakin kalo papa bobok sangat pulas. Selain emut-emut penisnya, aku juga jilatin bagian pelirnya yang banyak bulu disekitarnya. Kadang wajahku kubenamkan disekitar kemaluan dan pelirnya. Aku juga cium perut papa, cium dadanya yang bidang, yang ditumbuhi bulu tapi gak banyak bulunya didada. Wajah papaku gak cakep tapi gak jelek, tapi tubuhnya bagus...tinggi besar. Dan papaku sangat pemarah.
Setelah hampir 10 menit aku emut-emut penis papaku, aku merasa mulutku mulai pegal dan capek. Tapi rasa puas dan nafsuku masih terus ingin. Tiba-tiba aku teringat cerita mbak Inun dan mbak Riska, tentang cerita mereka pernah sex. Karena teringat cerita mereka, aku buka bajuku, buka semua sampai aku bugil. Lalu aku naik pelan-pelan keatas ranjang papa, dan aku tidur disebelah papa (posisiku agak ketengah diranjang papa disebelah kanannya). Jantungku berdetak cepat, sampai aku keringat dingin karena aku gak tau apa yang mau aku lakukan. Dan saat itu entah dari mana aku bisa punya ide, aku balikkan badan papa pelan-pelan sampai badannya menindihku. Sungguh aku gak merasa kesulitan balikkan badan papaku yang besar samapi bisa menindihku. Dan aku juga terus perhatikan mata papaku, dan kulihat matanya tertutup tidur pulas. Saat badan papa sudah ada diatas tubuhku...sudah menindihku, aku jadi merasa takut sendiri, aku takut kalo dia terbangun pasti aku gak bisa lari lagi karena sudah ditindih oleh badannya. Saat itu aku berharap dalam hati semoga papa tidak terbangun, dan semoga kali ini aku berhasil ngobati rasa penasaranku. Aku gak mau jadi gadis yang kuper yang gak pernah rasakan sex, seperti temanku bilang saat mengejekku. Lalu dengan rasa hati-hati sekali bercampur takut dan cemas, kucoba pegang penis tegang papa dan kuletakkan diatas vaginaku. Dan saat itu kurasakan, tiba-tiba kedua paha dan kaki papa bergerak seperti melebarkan kedua belah pahaku. aku sempat terkejut dan takut, tapi karena kulihat matanya masih juga tertutup tidur, aku jadi merasa aman walau tetap aja ada rasa cemas. Dan saat selangkanganku sudah terbuka lebar, dan kakiku seperti melingkari pinggul papa. Kedua tangan papa saat itu berada disebalah kedua wajahku. Aku jadi benar-benar takut, aku takut untuk melanjutkannya, tapi kini badan papa sudah diatasku, dan aku harus lanjutkan "toh papa juga gak tau, kan papa sedang tertidur" batinku saat itu menghibur rasa takutku. Lalu kupegang lagi penis papa, dan kurasakan sangat keras sekali, lalu kuarahkan kepala penisnya kemulut vaginaku, lalu kulepaskan dari tanganku. Dan saat kulepaskan dari tanganku aku merasa kalo penis papa seperti menekan kemulut vaginaku, aku lihat badannya tidak bergerak dan matanya juga masih bobok, tapi penisnya seperti makin menusuk menekan mencoba masuk kelobang vaginaku. Tusukannya pelan tapi tekanannya sangat kuat. Aku merasa takut, lalu kupegang kedua pinggul papa. Dan kurasakan makin lama tekanannya terus dan mulai menusuk masuk sedikit-sedikit. Walau agak lama penis papa masuk sedikit-sedikit, tapi tekannanya terus dan gak berhenti. Hingga kira-kira hampir 3 menit, aku hampir menjerit menahan sakit, saat kurasakan penis papa menekan kuat, menusuk masuk kedalam vaginaku. Mungkin seluruh bagian kepala penisnya sudah tertanam semua dalam vaginaku.
Yang aku rasakan perih bukan main, sepertinya vaginaku sobek karena tusukan penis gede papa. Aku menahan vaginaku agar penisnya tidak bisa menerobos lebih dalam lagi, sakit sekali dan terasa perih. Dan saat itu kurasakan tekanan penis papa seperti berhenti tidak menusuk lagi. Tapi setelah lebih dari 2 menit aku merasakan kalo penis papa mulai menekan lagi, mulai menusuk, dan tekanannya kali ini lebih kuat, dan pinggul papa juga seperti bergerak menekan. Aku makin kewalahan dan semakin takut, karena saat itu juga penis papa mulai masuk lebih dalam, dan terus menekan kuat hingga makin masuk lebih dalam. Dan aku ingat saat itu kalo vaginaku seperti sobek berdarah, padahal penis papa belum ada masuk setengah kedalam vaginaku. Karena aku merasa sakit sekali diselangkanganku, perih sekali dan aku tidak tahan, bahkan airmataku sampai keluar, aku menangis menahan sakit, tapi aku gak bearani bersuara, aku takut kalo aku bersuara bisa buat papa terbangun dan bakalan ketahuan sama papa. Beberapa menit kurasakan tidak ada tekanan dari penis papa, tapi karena perih yg tak tertahankan, kucoba mendorong tubuh papa keatas dengan kedua tanganku agar penisnya tercabut dari vaginaku. Tubuh papa bukannya makin terdorong...semakin kudorong tubuhnya sekuat tenaga keatas, tapi semakin sperti ada tekanan pada penisnya kevaginaku, kudorong lagi sekuat tenaga supaya penisnya tercabut, tapi malah kurasakan penisnya makin menekan masuk kevaginaku dan semakin perih kurasa seperti makin sobek vaginaku. Akhirnya aku lemas kehabisan tenaga, sementara airmataku terus mengalir menahan sakit. Lalu dengan sisah tenaga yang ada kucoba sekali lagi sekuat tenagaku mendorong badannya keatas...tapi hasilnya bukannya malah tercabut penisnya...yang kurasakan penisnya malah seperti makin menekan masuk. Aku takut sekali saat itu karena sungguh gak tahan menahan perih. Tenagaku habis dan penisnya sudah masuk setengah mungkin kedalam vaginaku. Aku gak bisa mendorong badannya lagi, dan sempat juga aku berniat mau bangunkan papa supaya dia cabut penisnya dari vaginaku, tapi karena aku takut ketahuan dan gak mau malu, maka aku hanya bisa mengeluarkan airmata dan pasrah.
Dan semenit kemudian...tiba2 aku merasa kalo badan papa mulai bergerak-gerak sendiri, pinggulanya bergerak naik turun. Dan karena tubuhnya kurasakan penisnya juga ikut bergerak sepereti keluar masuk dalam vainaku. Aku benar-benar tersiksa karena gerakannya membuat vaginaku ditusuk-tusuk penis papa yang sangat gede itu. Rasanya mau mati nahan sakit hingga badanku kaku dibuatnya. Aku menjerit dalam hati karena gak berani mengeluarkan suara, takut ketahuan sama papa. Saat itu aku ingin sekali bangunkan papa, aku mau bilang supaya penisnya dicabut dari vaginaku, tapi aku tetap saja takut membangunkannya, tetap saja aku gak berani. Badan papa tetap bergerak naik turun dan aku hanya bisa pasrah menahan sakit dengan linangan airmata yang tiada hentinya. Aku benar-benar kapok sekarang, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain merasakan vaginaku ditekan-tekan kuat menusuk oleh penis papa yang sangat gede. Semakin lama gerakannya semakin kuat...semakin lama gerakannya juga semakin cepat dan semakin membuatku serasa mau mati menahan perih. Karena tidak sanggup menahan perih dan aku juga seperti megap sampai sulit bernapas, akhirnya aku gak sadarkan diri. Saat itu tidak tau apa lagi yang terjadi. Dan diwaktu aku terbangun dan sadar, aku lihat tubuh papa masih ada diatas menindihku, dan gerakan tubuh besar papa saat itu sangat kuat sekali menekan-nekan vaginaku, begitu juga napas papa aku dengar sangat kasar mendesah, semenatara matanya masih bobok aku lihat dan badannya penush dengan keringat. Aku tersiksa lagi menahankan sakit yang sangat perih, karena penis papa sudah masuk menekan-nekan sampai dalam vaginaku. Ingin menjerit gak berani...ingin berteriak juga gak berani...ingin bangunkan papa juga aku gak berani. Hingga gak lama kemudian tiba2 papa bergerak badannya sangat cepat dan kuat dan tiba-tiba badannya menyentakkan kuat penisnya menakan kevaginaku, dan saat itu badannya kaku diatas tubuhku, lalu kurasakan kalo didalam vaginaku sperti ada semburan cairan dari penis papa. Dan setelah badan papa tidak bergerak lagi, dan napas juga sudah tidak mendesah kuat lagi, hanya keringatnya yang semakin membasahi tubuhnya.
Penderitaanku berakhir saat badan papa tidak lagi bergerak, dan penisnya juga tidal lagi menusuk-nusuk vaginaku. Semenit kemudian aku mencoba membalikkan badan papa, kucoba mendorong dengan sisah tenagaku yang ada. Sungguh aku gak menyangka, walau tenagaku gak kuat lagi tapi aku mampu mendorong badan papaku yang besar dan berat itu. Aku berhasil balikkan badannya dan pensinya pun tercabut dari vaginaku. Aku juga sempat heran...kenapa kali ini aku berhasil mendorong badannya, dan sepertinya badan papa ringan sekali kudorong. Tapi aku gak mau berpikir panjang, yang penting aku sudah lepas dari tindihan badannya. Lalu aku mencoba bangun untuk meninggalkan papa diranjangnya, "aaagh.." aku terpekik menjerit pelan saat kurasakan perih diselangkanganku. Aku merasa perih saat akan melangkah, sakit sekali diselangkanganku. Sampai dikamarku aku melihat dibahagian pahaku ada tetesan darah dari vaginaku sudah hampir mengering. Setelah kubersihkan sisa-sisa darah perawanku sisekitar vagina dan pahaku, maka aku pun tertidur karena lelah dan sakit.
Setelah kejadian itu keesokan harinya aku masih tetap merasa sakit diselangkanganku. Dan pada hari itu aku tidak masuk sekolah karena badanku agak demam, dan kurasakan badanku juga lemas. Pagi hari jam 9 papa dan mama bertanya padaku kenapa aku tidak sekolah...aku mengatakan kalo aku agak demam. Dan papa juga memberi obat demam padaku dan menyarankan aku supaya istirahat aja dirumah. Saat itu aku takut juga kalo seandainya papa tahu apa yang telah kulakukan padanya kemaren, dan syukurlah dia tidak tau karena aku melakukannya dia saat dia tidur. Dan seperti biasa mama berangkat bekerja tiap jam 9 pagi dan akan pulang jam 10 atau jam 11 malam. Kuakui hubungan papa dan mama sudah hampir 2 tahun agak renggang kurang harmonis, karena menurut mama...papaku suka selingkuh dan suka kasar sama mama. Semenjak itu mama jadi kurang perhatian pada keluarga dan banyak habiskan waktu diluar bersama ibu-ibu yang lain bisnis berlian. Mama juga sering seminggu tidak pulang karena harus keluar kota untuk urusan bisnisnya, tapi beliau selalu melebihkan uang jajanku dan selalu belikan apa yang kuminta. Kalo mama berangkat bekerja...papa juga biasanya pergi keluar rumah entah kemana dan terkadang sampai malam juga baru pulang. Dan jarang sekali ada dirumah diwaktu siang hari. Dan disiang itu waktu (jam 1) aku baru saja selesai makan siang (keluargaku bayar bulanan untuk rantangan makan siang dan makan malam), dan aku terkejut sekali lihat papa pulang. Dia sempat menanyakan kesehatanku sebelum dia berlalu masuk kedalam kamarnya. Setelah itu aku melangkah keruang tamu dan kuhidupkan tv, sebenarnya aku mau tidur dikamarku tapi takut nanti papa keluar rumah tidak ada yang kunci pintu, maka kutunggu sampai papa keluar kamarnya san pergi keluar rumah (karena biasanya papaku jarang dirumah siang dan sore hari, kalo pun datang...hanya sebentar lalu pergi lagi dan memintaku untuk kunci rumah dari dalam).
Setelah kutunggu selma 15 menit, tapi tidak ada tanda-tanda kalo papa akan pergi keluar rumah lagi, dan papa juga belum keluar dari kamarnya. Sambil nonton TV aku bertanya dalam hati, napa papa gak keluar ya...biasanya papa siang hari tidak pernah berada dirumah. Lalu karena penasaran aku coba melihat kekamarnya, dan kulihat pintu kamar tertutup tapi tidak rapat dan masih bisa melihat jelas dari luar. Aku dorong dikit pintunya dan kulirik kedalam...nampak sedikit kaki papaku sedang tidur diatas ranjangnya. Lalu kututup pintu kamarnya dan aku melangkah keruang tamu dan kumatikan Televisi, lalu aku berjalan kekamarku. Sampai dikamarku aku masih bertanya-tanya dalam hati...kok papa sekarang rajin tidur siang ya...semalam dan hari ini dia tidur siang. Seumur-umur baru semalam itu dia aku lihat tidur siang, kenapa hari ini juga tidur siang...biasanya malam dia baru pulang kerumah. Tapi siang itu aku tetap saja mengurung diri dalam kamarku, aku gak keluar rumah ataupun menemui teman-temanku, karena aku juga masih merasa lemah. Aku tidak bisa tidur tapi tetap merebah sambil membayangkan apa yang telah kulakukan pada papaku semalam itu. Setengah jam kemudian aku seperti mendengar suara dari Televisi yang ada diruang tamu. Padahal aku ingat kalo televisi sudah aku matikan sebelum aku masuk kamar tadi. Aku mau tau siapa yang menyalakan televisi dan aku keluar kamar menuju raung tamu. Disana aku jumpai papa sedang tidur dengan pakai sarung diatas karpet diruang tamu dan matanya masih terbuka menonton tv. Papa tau aku datang dan bertanya padaku "belum tidur juga ya..." lalu kujawab "sudah tadi pa...tapi kupikir aku lupa matikan tv makanya aku terbangun dan mau matikan tv, rupanya papa yang hidupkan"
"iya papa juga tadi mau tidur siang dikamar papa, tapi gak bisa tidur juga, papa kepanasan, jadi papa mau tidur disini aja" ucap papa sambil matanya mulai dipejamkannya, tapi televisi dibiarkannya tetap hidup.
"ya uda kalo papa mau tidur...aku juga mau tidur pa...ngantuk.." aku berlalu meninggalkan papa, tapi tiba-tiba papa berkata padaku "nisyah...nanti matikan tv nya ya kalo papa sudah tidur...jangan sekarang matikannya, nanti saja kalo papa sudah tidur...gak lama kok 5 atau 10 menit papa sudah tidur kok", "iya pa...nanti nisyah matikan..", jawabku sambil berjalan menuju kamarku.
Setelah 10 menit aku keruang tamu lagi hendak mematikan tv seperti yang diperintahpan papaku padaku. Sesampainya disana aku sangat terkejut sekali, kulihat papaku sudah tertidur tapi sarungnya sudah terbuka dibawah kakinya, dan saat itu penis papaku tampak membesar menegang. Aku melihat mata papaku benar-benar tidur, dan segera kumatikan tv, tapi tetap saja mataku melihat tubuh bugil papaku, aku kembali seperti terangsang melihat penis papa. Ingin kembali kumenyentuhnya, karena aku begitu suka melihatnya dan penis papaku yang gede itu membuat nafsuku kembali menggebu. Aku masih berdiri didekatnya, menatap penisnya, dan kulihat matanya tertutup tidur. Mungkin sarung papa gak sengaja terbuka kebawah karena tendangan kakinya diwaktu tidur, dan papa tidak menyadarinya. Aku masih bisa menahan nafsu waktu itu, karena aku masih merasa sakit diselangkanganku. Sebenarnya aku ingin sekali menyentuh penis papaku lagi, apalagi dia tidak tau saat itu, dia sudah tidur nyenyak, bahkan dia tidak tau kalo aku sudah matikan televisi. Kutahan nafsuku yang menggebu, aku gak berani menyentuhnya, walau aku tau sebenarnya aku ada kesempatan menyentuhnya lagi, karena papaku sedang tertidur, tapi aku takut dan gak mau menahan sakit lagi. Aku benar-benar jerah dan kapok, aku benar-benar gak sanggup menahan sakit. Maka kutinggalkan papa diruang tamu dan aku masuk kamar ku lagi. Siang itu rasanya aku benar-benar berperang melawan nafsuku, aku tetap berkeras gak akan sentuh penis papa lagi, aku benar-benar kapok semalam dibuatnya, aku gak bisa bayangkan rasa sakit yang kuderita sewaktu penisnya kumasukkan dalam vaginaku. Dan disiang itu untuk kedua kalinya aku melihat penis gede papaku, tapi aku berhasil melawan nafsuku karena takut membayangkan rasa perih yang sangat perih. Akhirnya setelah 1 jam kemudian, kudengar papa terbangun, dan dari dalam kamar aku bisa mendengar kalo papa berada dikamar mandi sedang mandi. Dan akhirnya papa pamit padaku untuk keluar rumah.
Namun ke-esokannya yaitu hari ke-3, saat aku pulang sekolah dan baru saja tiba dirumah, aku menemukan papa sedang menonton TV diruang tamu seorang diri. Papa meyapaku sebelum aku sempat berlalu kekamarku. "waah anak papa sudah pulang ya...",
"hehehe...iya pa...kok papa tumben ada dirumah...biasanya sampai malam baru pulang", ucapku menggeledek papa sambil berlalu meninggalkannya diruang tamu. Setelah ganti pakaian aku langsung menuju dapur untuk ambil makan siang. "papa sudah makan belum?, makan bareng yuk pa...", "papa sudah makan tadi, Nisyah makan sendiri aja ya...".
Selesai makan aku langsung masuk kamar dan tidak keluar lagi. Namun 10 menit kemudian dari dalam kamarku, aku seperti tidak mendengar suara televisi lagi. Karena mau tau apakah emang benar televisi sudah dimatikan, aku bergerak keruang tamu dan aku takut papa pergi tanpa menutup pintu depan. Ternyata papa tidak ada disana...dan pintu depan juga tertutup. Maka kucari kekamar papa, karena rasanya gak mungkin kalo papa tidur siang lagi, aku tau kalo papaku itu makhluk paling jarang tidur siang. Lalu aku kekamar papa dan langsung masuk, karena pintu kamarnya terbuka hampir setengah. Astaga...ternyata papa ada didalam dan sedang tertidur, dan...aku lihat papa tidurnya tanpa sehelai pakaian membalut tubuhnya, aku terdiam kaget melihat papa tidur dalam keadaan bugil. Takut papa tau kalo aku ada dalam kamarnya aku langsung bergerak keluar kamar papa dan kembali kekamarku. Saat berada dalam kamarku, nafsuku benar-benar diuji, aku sungguh gak bisa melupakan apa yang aku lihat barusan. Tubuh bugil papa seakan lengket dalam benakku, tubuh gagahnya, penisnya, serta bulu-bulu yang banyak tumbuh dibagian-bagian tertentu badannya. Hatiku bertanya...mengapa papa tidur bugil, dan mengapa dalam 2 hari ini kalo tidur penis papa selalu dalam keadaan sudah membesar dan menegang...padahal hari pertama aku memergoki papa sedang tertidur dia pakai cd, dan penisnya juga tidak menegang, tapi napa 2 hari ini selalu dalam keadaan menegang...?. Saat itu aku hanya berpikir, kalo papa mungkin saja kepanasan atau sudah terbiasa bugil dari dulu kalo sedang tidur, mugkin aku tidak mengetahuinya selama ini. Dan akhirnya karena tidak tahan melawan nafsu, aku kembali lagi kekamar papa karena pengen melihat penis papa lagi. aku benar-benar sudah tidak bisa menguasai nafsuku, aku benar-benar sudah suka melihat penis gede papaku, yang bagiku adalah sesuatu yang unuk sesuatu yang asing tapi punya daya tarik yang sangat besar, hingga membuatku ingin selalu melihatnya, lagi...dan lagi...aku terpesona dan kagum.
Ketika sudah berada dalam kamar papa, aku melangkah pelan-pelan mendekatinya, dan aku duduk disebelahnya dengan mataku seakan tak ingin berkedip melihat benda papa yang telah membuatku kagum padanya. Jantungku berderak gak menentu saat aku melihat penis papa dari dekat, entahlah mengapa aku sangat menyukainya aku juga tidak tau, aku sangat tertarik untuk menyentuhnya. Maka kucoba pegang paha kiri papa dengan kedua tanganku, lalu kugoyang-goyang ingin tau apakah dia terbangun. Ternyata papa tidak bangun saat kugoyang-goyang pahanya dan aku tau kalo dia tidurnya pulas. Aku semakin berani dan leluasa untuk berbuat sepuas hatiku untuk mempermainkan penis papa. Kutelan airludahku saat tanganku telah menggenggam penis papa yang sudah menegang sangat gede itu. Dan tanpa menunggu lama aku langsung menciumnya dan jga memasukkannya kedalam mulutku. Aku benar-benar seprti gadis belia yang sudah sangat menyukai penis laki-laki, emutanku sengaja kubuat nyedot kuat-kuat, aku sangat menikmatinya dan aku berusaha buat penis papa masuk sedalam mungkin dalam mulutku, namun hanya bisa masuk bagian kepalanya aja, penis papa terlalau gede buat mulutku. Seluruh batang penis papa kujilatin sampai batangnya basah semua karena air ludahku saat menjilatinya. Sekali-sekali kuperhatikan kearah wajah papa, aku melihat mata papa dan menurutku papa benar-benar tidur dan sama sekali tidak tau apa yang telah kuperbuat. "oh papa...maafkan aku telah melakukan ini tanpa sepengetahuanmu...maafkan aku papa" jeritku dalam hati. Dan mulutku benar-benar menikmati penis papa, aku telah menyukai penis papa dan aku terangsang, aku bernafsu melihat penis gede papa. Lama sekali aku mengemut penis papa, tapi rasa puas belum juga aku dapatkan. Hingga 15 menit aku mengulumnya, aku merasa kalo mulutku sudah mulai pegal, leherku juga sudah mulai terasa capek karena terus-terusan mengulum penis gede papa. Aku sangat bernafsu sekali apa lagi mata papa kulihat tetap tidur, dan tangan papa juga tidak ada membelai rambutku. Maka aku sangat yakin kalo papa benar-benar tidak tau dan tidak menyadari apa yang sedang aku lakukan. Karena merasa belum puas dengan mengulumnya saja, aku membuka seluruh pakaianku dan aku bugil dihadapan papaku yang sedang tidur pulas.
Lalu aku naik keranjang papa dengan gerakan yang kusengaja sangat pelan berhati-hati sekali, agar jangan sampai membuat papa terbangun dari tidurnya. Aku tidur lagi disebelah papa dan mulai meneruskan rencanaku selanjuntnya. Ketika akan kubalikkan tubuh kekar papa supaya menindihku, aku hampir saja mengurungkan niatku, aku teringat kalo aku merasa gak sanggup kalo penis papa sampai masuk kedalam vagiaku. Namun karena nafsuku sudah benar-benar gak bisa dikendalikan lagi, kucoba balikkan badan besar papa dengan sangat hati-hati sekali, dan aku merasa tidak menemukan kesulitan saat membalikkan badan papa, aku merasa kalo badan besar papa seperti ringan...gampang sekali aku membalikkan badannya hingga dia menindihku. Segera kupegang penis keras papa yang gede dan kutuntun kebagian vaginaku. Saat kepala penis papa sudah aku letakkan tepat dimulut vaginaku, maka langsung kutarik tanganku dan kulepas penisnya dari peganganku. Kuperhatikan mata papa bobok, dan aku merasa kalo badan papa sangat berat berada diatasku. Namun beberapa detik kemudian...kembali kurasakan kalo kedua paha papa bergerak, dan kedua pahanya sperti melebarkan kedua belahan pahaku. Karena kaki papaku besar dan berat maka belahan pahaku langsung ngikut terbuka lebar, tetapi mata papa tetap aku perhatikan tutup. Setelah selangkangan pahaku terbuka lebar, seketika itu juga kurasakan kalo penis papa seperti menekan kevaginaku. Aku heran...badan papaku tidak bergerak sama sekali dan mataya juga aku lihat sedang tidur, tapi napa penisnya terus menekan. Aku takut seakali, aku langsung teringat kalo gak tahan menahan perihn nantinya. Kucoba pasrahkan diriku walau tetap saja ada perasaan takut dalam hatiku menanti penisnya masuk dalam vaginaku. Penis papa semakin menekan...sedikit demi sedikit kuarasakan kalo penis papa mulai masuk sendiri kedalam vagina kecilku yang masih belum ditumbuhi bulu sedikitpun. Aku hampir merintih menjerit sakit saat penis gede papa semakin menekan lebih dalam dan sudah masuk seluruh bagian kepala penisnya. Karena tak tahan menahan perih maka kucoba mendorong tubuhnya keatas agar penis papa tercabut dari vaginaku, tapi semakin kudorong keatas badan papa...kurasakan penisnya semakin menekan menusuk kedalam, kudorong lagi sekuat tenaga tapi tetap saja tidak bisa dan malahan penis papa semakin masuk menekan kedalam. Aku gak habis pikir...tubuh papa seperti tidak ada bergerak tapi mengapa bisa menekan masuk kedalam vaginaku. Hingga akhirnya aku kegabisan tenaga dan tidak mampu untuk mendorong badannya lagi, kurasakan tekanan penis papa semakin dalam, dan penisnya sampai masuk setengah dari panjang batang penisnya. Aku menangis tapi tidak berani bersuara, mau menjerit juga takut ketahuan, mau bangunkan papa agar penisnya dicabut dari vaginaku juga gak berani, takut ketahuan dan gak mau menanggung malu.
Dan aku kembali merasakan kalo vaginaku seperti koyak karena ditembus penis gede papa, hingga menembus sampai setengah dari batang penisnya. Aku kembali merasa seperti mau mati nahankan sakitnya. Saat begitu aku merasa menyesal, merasa kapok karena tidak dapat lagi berbuat apa-apa selain pasrah menahan sakit dan perih. Setelah kira-kira 1 menit setelah penisnya tidak lagi menekan masuk, tiba-tiba badan papa bergerak sendiri lagi, sama sperti waktu kejadian pertama, matanya tutup tapi badan tegapnya bergerak naik turun dan saat itu kurasakan kalo penis papa juga ikut keluar masuk menekan-nekan dan menusuk vagina kecilku. Aku sangat kesakitan sampai tubuhku kaku menahan perih, aku berusaha supaya penis papa tidak masuk terlalu dalam, aku mnjepitnya dengan vaginaku, tapi sungguh tiada artinya, karena penis gede papa sangat keras dan terus menekan menusuk-nusuk berusaha masuk lebih dalam lagi. Makin lama gerakan badan papa semakin cepat dan semakin kuat-kuat, dan itu sungguh menyiksaku yang hanya mampu mengeluarkan air mata tanpa berani bersuara sedikitpun. Saat-saat seperti ini aku hanya berharap semoga cepat berakhir...aku sungguh gak tahan. Gerakan badan papa makin lama makin sangat kuat menusuk, dan semakin lama semakin dalam masuk kevagina kecilku, semakin membuatku megap susah bernapas. "papaaa ampuuuun...uuuuughh...uuuugh..." jeritku sangat kuat dalam hati, karena aku gak berani bersuara takut bapak terbangun. Napas papa terasa kedengaran kasar dan gerakannya kadang yentak sampai masuk dalam, tapi matanya tetap aja tidur aku lihat.
"ampuuuuun paaaa...aduuuuu...aaaaagh...uuuuuggh..." aku selalu menjerit dalam hati karena menahan perih. Ingin sekali cepat berakhir, tapi aku sungguh gak pernah tau kapan itu berakhir, aku hanya menunggu badan papa sampai tidak bergerak sendiri lagi, karena untuk membangunkannya aku gak mungkin, pasti ketahuan nantinya. Aku perhatikan seluruh badan papa penuh dengan keringat, dan napas nya juga sangat kasar dan matanya tetap saja tidur (karena itu emang kuharapkan, aku gak mau dia sampai terbangun dan akhirnya ketahuan). Sampai lebih 25 menit, akhirnya kurasakan tiba-tiba badan papa bergerak sangat cepat dan menyentak-nyentak sangat kuat sehingga penisnya menyentak kuat-kuat menusuk sampai kandas-kandas kedalam vaginaku, dan aku megap gak bisa bernapas bahkan hampir pingsan. Lalu kudengar desahan panjang dari mulut papa saat sentakan terakhir tubuh besarnya dan penisnya tertanam kandas dalam vaginaku, lalu kurasakan sperti ada cairan hangat yang disemprotkan dari penis papa dalam vaginaku. Dan aku tidak tau mengapa...tiba-tiba badan papa tidak bergerak lagi tapi tetap diatas tubuhku dan penisnya juga masih berada dalam vaginaku. Kalo sudah begitu, rasanya sungguh aku sudah terbebas dari penderitaan yang amat menyiksaku menahan perih selama hampir 1/2 jam. Rasanya tenagaku habis dan tubuhku sangat lemah dan ikut basah akibat keringat papa yang terus mengalir bercucuran siang itu dalam kamarnya.
Dua menit kemudian aku mencoba membalikan badan papa agar tidak menindihku lagi, dan sungguh memang tidak sulit seperti penisnya menekan vaginaku (waktu penisnya seperti menekan vaginaku, aku gak mampu untuk mendorong badannya agar penisnya tercabut dari vaginaku ), tapi saat ini aku gampang sekali mendorong badan besarnya dan membalikkannya sehingga penisnya juga ikut tercabut dalam vaginaku. Aku masih membiarkan badanku tidur telentang sebentar saja sambil menunggu tenagaku pulih kembali. Lalu setelah bebarapa menit aku bangkit meninggalkan papa sendiri dalam kamarnya. Setelah aku membersihkan tubuhku aku kembali tidur dikamarku karena aku lemah sekali dan selangkanganku juga terasa perih. Dan 1/2 jam setelah itu aku dengar dari kamarku kalo papa bangun dan pergi mandi kekamar mandi, gak lama setelah selesai mandi papa pergi keluar rumah dan akan pulang sampai malam nanti. Kejadian ini sungguh tidak diketahui papa, dan hanya aku sendiri yang tau dan karena aku sendiri yang lakukannya disaat papa tidur. Aku telah berhasil menjadi wanita yang sesungguhnya seperti yang teman-temanku bilang...perempuan itu belum bisa dibilang perempuan yang sesungguhnya kalo belum pernah rasakan sex. Dan aku bukan lagi menjadi gadis kuper seperti yang selalu mereka ucapkan padaku saat mereka pernah permalukan aku. Aku sudah rasakan sex walaupun aku tersuksa melakukannya, walaupun aku merasa seperti ada yang dirobek-robek dalam vaginaku.
Aku sempat merasa ragu dan curiga pada papaku...karena setelah kejadian pertama, kedua dan ketiga...papaku jadi semakin sering tidur siang, bahkan setelah kejadian itu papa setiap hari berada dirumah siang hari dan selalu tidur siang dikamarnya, dan kalo tidur juga selalu dalam keadaan bugil. Namun aku tidak menemukan tanda-tada kalo papa sadar atau terbangun dari tidurnya, karena aku selalu lihat matanya bobok, dan saat aku mengulum penisnya juga dia gak pernah lagi belai-belai kepalaku. Itulah yang buat aku yakin kalo papa memang benar-benar gak tau dan memang dalam keadaan gak sadar melakukannya. Hingga akhirnya aku semakin hari semakin menyukai penis gede papaku sendiri, dan setiap kali papa tidur siang aku merasa seperti ada yang menyuruhku untuk masuk kekamarnya, seolah-olah aku ingin selalu melihat papa tidur bugil, selalu membayangkan penis gede nya yang berwarna gelap itu, dan mengapa juga aku bisa sangat menyukainya, sangat mengaguminya, seakan-akan benda terlarang milik papaku itu seperti punya daya tarik yang hebat untukku. Setelah hari yang ke-4, ke 5, ke 6 dan seterusnya hingga sebulan aku terus masuk kamar papa, dan selalu intip dia bobok, dan selalu kutemukan papa bobok dalam keadaan bugil dan dalam keadaan penisnya sudah sangat besar sekali menegang dan panjang, dan itu sangat membuatku nafsu sekali melihatnya ingin segera menyentuh dan mengulumnya. Mulanya niatku hanya ingin melihat tubuh bugil papa disaat tidur, dan hanya ingin mempemainkan penis gede nya dalam mulutku, dan ternyta kalo aku sudah mengulum penisnya dan mempermainkan penisnya dalam mulutku, aku selalu merasa tidak puas dan akhirnya aku bugil sampai tidur disebelahnya dan membalikkan badannya pelan-pelan sampai menindihku. Jujur aku katakan...kalo badan papaku sudah berada diatasku dan kalo penisnya sudah menekan bahkan sampai badannya gerak-gerak sendiri, itu sangat membuatku tersiksa menahan sakit dan aku sangat menyesal selalu kalo badan papa sudah berada diatasku dan menekan penisnya kedalam vaginaku.
Yang buat aku gak abis pikir adalah...napa kalo lihat papa tidak sedang bobok aku sama sekali tida ada rasa nafsu ataupun suka melihat dia. Aku merasa tidak tertarik sedikitpun dan itu emang kuakui, karena aku hanya tertarik dan bernafsu kalo aku lihat papa sedang bobok bugil, aku bernafsu kalo sudah lihat penis papa, dan selalu begitu kejadiannya. Setelah sebulan terus melakukan itu disaat papa bobok, aku pernah sakit dan gak sekolah 2 hari, badanku terasa lemah sekali, sehingga hanya istirahat dalam kamar. Tapi karena aku lelah dan badanku lemah, aku tidak masuk kamar papa dan tidak melihat papa lagi tidur siang dikamarnya. Hingga sore harinya aku dengar langganan rantangan makam malam kami aku dengar datang, dan aku segera bukakan pintu dan menerima rantangan nya dari bi Inah. Setelah itu aku bersih-bersih diri dan makan. Lalu aku nonton televisi diruang tamu. Tiba-tiba papa keluar dari kamarnya hanya pakai sarung telanjang dada, dan papa juga bawa bantal aku lhat. Papa sempat bilang kalo dia lagi gak enak badan dan mau istirahat aja dirumah, dan aku diminta jangan kemana-mana suruh dirumah aja sama papa. Papa tidur diruang tempat nonton tv, saat itu jam 5 sore kalo gak salah. Kata papa dia mau tidur disitu aja sambil nonton tv biar cepat tertidur katanya, karena dikamar katanya susah mejamkan mata. Papa memintaku untuk tetap menyalakan tv agar dia cepat tertidur, dan aku terus nonton tv sambil duduk disofa sebelah kanan papa. Lima menit kemudian kulihat papa seperti gelisah dan suara napasnya keluar seperti orang yang sedang tidur pulas...aku gak nyangka kalo papa bisa cepat tertidur kalo tv dinyalakan. Dan saat papa sudah tertidur nyenyak, badannya mutar kekanan dan balik kekiri karena gelisah, dan saat dia balik kekiri aku lihat sarungnya terlepas tertendang kaki kanannya, sehingga sarungnya saat itu aku lihat sudah turun sampai kebawah betisnya. Dan saat itu juga langsug terpampang keluar penis papaku yang aku lihat sudah dalam keadaan menegang sangat besar tegak memanjang. Sungguh aku tidak bisa melihatnya, jantungku berdetak cepat lagi, dan ntah napa aku jadi nafsu dan ingin sekali meyentuhnya. Padahal dari siang hari aku sudah niatkan untuk tidak masuk kamar papa agar tidak melihat penisnya, karena pada hari itu aku sangat lemah sampai aku tidak masuk sekolah. Saat melihat nya sudah dalam keadaan bugil, dan penisnya juga seperti sudah menantiku untuk dipemainkan mulutku, aku sempat bilang pada hati kecilku untuk melawan gejolak nafsuku "tidak Nisyah...tidak, jangan lihat dan jangan sentuh...jangan nisyah...tinggalkan saja dan masuk kekamar mu..", batinku menolak untuk tidak melihat da menyentuhnya, tapi nafsu sangat menggebu-gebu dan aku benar-benar tidak mampu melawan nafsuku sore itu. Aku terlanjur melihatnya dan tidak mungkin rasanya untuk tidak menyentuh (mungkin kalo tidak lihat tubuh bugil papa dan penisnya, aku gak akan terangsang dan nafsu). Dan akhirnya aku lakukan lagi diruang tengah rumah kami itu tanpa sepengetahuan papaku karena dia dalam keadaan tidur. Aku lakukan sore itu mempermainkan penisnya dalam mulutku sampai sepuasku, dan niatku hanya sampai sebatas mengulum pensinya aja, tidak usah sampai dimasukin kevaginaku, tapi nafsuku tetap saja merasa tidak puas hingga akhirnya nafsuku memaksaku untuk bugil dan membalikkan badan papaku sampai menindihku. Dan aku sungguh tidak pernah bisa menguasai nafsuku apabila sudah mengulum penis gede papa. Dan sore itu aku hampir pingsan karena penis papa menusuk menyentak-nyentak...dan lama sekali badannya tidak bergerak lagi, mungkin hampir 1/2 jam sampai badan papa penuh dengan keringat. Dan yang aku herankan...walaupun selama sebulan itu aku tiap hari melakukannya pada papa disaat dia tertidur, tapi aku tetap saja merasa kalo vaginaku seperti dikoyak penisnya.
Dua bulan, tiga bulan hingga setahun aku tetap melakukan ini pada papaku disaat dia sedang tertidur, dan dia tidak pernah mengetahauinya sampai hari ini. "maafkan aku papa...maafkan aku telah melakukan dosa padamu, telah berdosa karena kelemahan yang kumiliki...", aku tak ingin sampai papa tahu semua ini, dan kalo itu sampai terjadi mungkin jalan satu-satunya yang harus aku tempuh adalah akan pergi jauh dari papa dan mama. Karena aku gak mau menanggung malu karena telah memanfaatkan papa disaat dia tidur. Sesungguhnya aku tidak pernah menyesali apa yang telah aku lakukan, hanya gak mengerti sampai saat ini...apakah ada kelainan pada diriku?, apakah yang kulakukan ini wajar?. Sungguh ini membuatku bingung dan hampir prustasi. Dan mengapa juga aku tidak pernah hamil, apakah karena papa melakukannya disaat tidur...aku sangat tidak ingin kalo aku sampai hamil, dan semoga itu tidak akan pernah terjadi. Hingga aku berumur 16 tahun aku masih tetap melakukan itu dan seperti tidak bisa berhenti melakukannya.
Dengan beberapa orang dewasa yang aku percaya aku pernah curhat, dan mereka beri jawaban yang berbeda-beda tiap kali kubertanya. Ada yang bilang aku punya kelainan sex karena hanya suka pada lelaki yang sedang tertidur, dan ada juga yang bilang kalo aku korban sex, ada juga yang bilang kalo papaku selama ini telah mengetahuinya dan selalu melakukannya dalam keadaan sadar. Semuanya sungguh membingungkanku. Hingga akhirnya disuatu hari aku sudah duduk dibangku SMU, aku pernah curhat dengan tetangga yang kuanggap bisa jaga rahasia. Dia adalah orang yang termasuk pintar mengobati penyakit, dan banyak orang yang sudah berobat padanya merasa puas karena terlepas dari penyakitnya. Dia adalah pak Joko (nama samaran ) umur 43 tahun. Memintaku datang kerumahnya hari selasa malam setelah aku curhat padanya 2 hari sebelumnya, menurut beliau aku ada kelainan dan masih bisa disembuhkan. Yang saat itu aku sangat mempercayai beliau. Dan saking percayanya dan sangat ingin sembuh dari kelainan yang dia katakan pada diriku, hingga akhirnya aku menuruti semua perkataannya. Malam itu aku diobati dirumahnya tapi dengan mengikuti segala persyaratan yang sudah dia buat tetunya. Malam itu dalam ruang tertutup dan hanya kami berdua didalamnya, dia memintaku untuk melakukan teraphi dengan cara melakukan hubungan sex. Dia bilang dia ingin tau dan ingin lihat apakah aku bisa melakukannya dengan orang yang tidak sedang tidur. Dan ternyata malam itu, aku sama sekali tidak punya nafsu untuk melakukannya, aku tidak tertarik sama sekali. Maka pak Joko mengobati dengan cara dia sedang tertidur, dia bilang hanya dengan begitu bisa mengobatiku. Malam itu dia tertidur setelah 5 menit baca-baca mantra yang aku tidak tau samasekali apa yang dia ucapkan. Dia memintaku menunggu setelah 5 menit dia pejamkan mata, dan saat itu dia tertidur didepanku diatas tempat tidur dalam ruangan dirumahnya sendiri. Dia tidur hanya dengan memakai sarung tanpa celana dalam. Setelah kupastikan dia tertidur dalam 5 menit, maka aku melakukan seperti yang aku lakukan pada papaku. Aku lakukan tanpa dia mengetahuinya, tapi dia bilang dia mengetahuinya dalam mimpi tidurnya. Dan semakin lama aku semakin ragu padanya, aku merasa sia-sia dan tidak ada perubahan pada diriku. Setelah selama sebulan melakukan teraphi seperti itu tiap malam, akhirnya aku gak mau lagi diminta datang kerumahnya tiap malam. Aku sadar kalo diriku sepertinya gak bisa sembuh dibuatnya, dan malah penderitaan yang kurasa karena harus melakukan itu padanya tiap malam, walaupun dia sedang tertidur.
Semua yang kulakukan ini tidak pernah kuceritakan pada teman-temanku, dan aku selalu menyimpan rahasia ini dari teman-temanku. Sekarang terserah orang mau bilang apa tentang diriku, yang pasti aku melakukannya bukan karena haus sex, aku hanya tidak bisa kalo lihat papaku sedang tertidur dalam keadaan bugil. Dan aku juga inginkan kesembuhan pada diriku, dan aku samasekali tidak mengharapkan hal sperti ini dalam hidupku, walau aku tau sukar bagiku untuk terlepas dari kelainan ini. aku juga tau semua kita yang hidup pasti punya masa lalu...dan semoga pengalaman buruk ini bisa menjadi pelajaran bagi gadis yang masih remaja, yang merasa dirinya kurang pergaulan seperti diriku. Silahkan tinggalkan saran dan koment anda...yang mungkin punya pengalaman untuk buat solusinya...karena hingga saa ini aku masih tetap melakukannya pada papaku dan dia juga tidak pernah tau sampai saat ini...
Sekian dan terimakasih....
Rabu, 21 Agustus 2013
Dijadikan Pemuas Nafsu ( bagian 2 )
Aku kini merasa lega dan hidup terbebas dari perbuatan bejat abang tiriku. Kepergiannya membuatku lebih tenang. Tapi didalam hatiku kenangan pahit yang kualami selama 3 bulan atas perbuatannya seakan tak pernah hilang dari ingatanku. Semua kenangan pahit dari awal sampai akhir selama 3 bulan itu menjadi kenangan yang paling menakutkan juga paling menyedihkan dalam hidupku. Mungkin inilah takdir, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi pada kita dihari esok. Hanya Tuhanlah yang tau, karena Dia maha tau. Siapa yang tidak ingin bahagia, siapa yang ingin hidupnya merana...tak seorang pun. Jika aku ditakdirkan menjalani hidup seperti ini, aku mencoba untuk menerimanya walau terasa pahit. Karena memang ternyata pahit.
"Rani...sebulan lagi keluarga kita akan mengadakan pesta, nak...abangmu Doni akan segera menikah, tadinya ayahmu gak setuju kalo Doni melangkahi abangnya Arif, tapi karena abangmu Doni sudah mantap untuk menikah, dan juga abangmu Arif waktu ditelpon ayah mengatakan tidak keberatan, maka ayahmu menyetujuinya", begitu ibuku bilang padaku, saat makan malam bersama ayah. Bang Arif baru sebulan bekerja di Pekan Baru, dan bang Dani sudah mau menikah. Dan sebulan kemudian memang dilangsungkan pernikahan abangku dirumah calon istrinya gak begitu jauh dari rumah kami, kebetulan bang Doni dapet jodoh yang rumahnya tidak jauh dari rumah kami. Setelah bang Doni menikah, dirumah ini suasana terasa semakin sepi, karena hanya tinggal kami bertiga penghuninya. Hidupku semakin tenang dan bahagia, karena aku semakin dimanja oleh kedua orang tuaku. Dan semakin lama aku mulai mampu melupakan kenangan pahit yang kualami. Perestasi disekolah juga semakin membaik, karena terbukti aku bisa meraih juara kelas, walau hanya sebatas juara 3 dikelas.
Namun kebahagiaan yang kualami tidaklah lama, ternyata Tuhan punya kehendak yang lain atas hidupku dan keluargaku. Dua bulan setelah bang Doni menikah, keluargaku menerima kabar yang amat menyedihkan dan amat memilukan hatiku. Karena ibuku jatuh sakit, dan ibuku divonis dokter telah terserang kanker rahim. Awalnya hanya ada luka dibagian rahimnya, tapi setelah diperiksakan ulang, ibuku positif terserang kanker yang ternyata sudah menggerogoti tubuhnya didalam rahimnya. "tidak henti-hentinya cobaanmu ya Allah, mengapa ini harus terjadi...", isak tangisku disaat merawat ibu dirumah sakit. aku belum siap menerima semua ini, aku masih terlalu muda jika harus kehilangan ibuku. Dan aku gak mau kehilangn untuk yang ke-2 kalinya setelah ayah kandungku pergi mninggalkan kami. Namun ternyata Tuhan memilih jalannya atas hidupku, dan ibuku meninggalkanku, meninggalkan kami semua, orang-orang yang menyayanginya. Begitu singkat usia pernikahan ibu dengan ayah, hanya 8 bulan, tidak sampai setahun. Bahkan ibu belum sempat melihatku naik kelas. Seluruh keluargaku berkabung, dan abang-abangku turut serta semua melepas kepergian ibuku tercinta, yang telah tega meninggalkan putrinya yang cantik seorang diri. Tiada lagi yang bisa membuatku untuk tetap semangat menjalani hidup. Dan aku menjadi gadis yang sangat rapuh setelah kehilangan kedua orang yang paling berharga dalam hidupku.
Sebulan setelah kepergian ibu, aku masih belum mampu terlepas dari kesedihan, kuakui saat itu diriku benar-benar rapuh. Tak seorangpun mampu membuatku untuk semangat, termasuk ayah tiriku, yang kini tinggal berdua dirumah denganku. Tapi ayah tiriku mampu hidup tegar, dan kelihatan tidak mau larut dalam sedih. Selama dua bulan aku banyak mengurung diri dikamar, dan aku juga bermalasan masuk sekolah. Perhatian ayahku tidak berkurang dan tetap menganggapku sebagai putri kesayangannya. Hingga menjalani bulan yang ketiga, disaat aku mulai bisa sedikit tersenyum, mulai mampu menerima kenyataan pahit dalam hidupku, aku benar-benar dikejutkan atas pengakuan ayah tiriku dimalam itu.
"Rani...ada yang harus ayah jelaskan kekamu, dan ayah pikir, sudah saatnya ayah sampaikan ini padamu", "ada apa ayah...?", saat itu aku sedikit bingung menanti penjelasan ayah, yang menurutku sangatlah serius. "sebelum ibumu meninggal, dia ada menitipkan pesan buat ayah, dan ayah sudah berjanji padanya untuk menyanggupinya, ibumu meminta agar kamu tetap ayah sekolahkan sampai kamu tamat dari SMU". Malam itu diruang tamu ayahku banyak menjelaskan hal-hal mengenai pesan ibu kepada ayah sebelum meninggal. Dan aku juga tidak merasa keberatan untuk tinggal berdua bersama ayah seperti yang dipesankan ibu pada ayah. Apalagi aku tidak punya sanak sodara dikota ini. Dan aku tidak tau dimana keluarga ibu berada, sedangkan keluarga mendiang ayahku berada dijambi, tapi aku tidak tau persis dimana letaknya.
Dua hari setelah penjelasan ayah tentang pesan amanah ibu padanya, malam itu sekitar jam 11 aku baru saja tertidur, setelah lelah belajar. Aku merasa terganggu ditidurku, saat kurasakan ada sentuhan disekitar pahaku yang menjalar keselangkanganku. Dan aku tersentak bangun dari tidurku kala kurasakan seprti ada yang mempermainkan payudaraku. "ayah...ada apa ?, mengapa ayah disini...ayah mau apa...?", suaraku agak keras mengatakannya kepada ayah, yang saat itu hanya memakai sarung telanjang dada, dan saat itu kedua tanganku langsung kutarik menutupi dadaku, yang teryata saat itu kancing baju tidurku sudah terbuka semua, dan bra yang kupakai juga sudah belepotan keatas. "ayah tinggalakan Rani sendiri, ayah gak bole disini...apa yang sudah ayah perbuat pada Rani...ayah jahat...!!", "gak apa-apa Rani...kamu harus dengarkan ayah, biar ayah jelaskan...", "aku gak mau dengarkan lagi ayah...pergi..!", jeritku mengusir ayah, karena aku sudah tau apa maunya walau dia belum menjelaskannya. Kucoba rapikan bajuku, tapi rasa takut muncul dibenakku, aku takut sekali, aku gak mau jadi korban nafsu lagi, cukup sudah...
"ayah hanya mau menyanggupi pesan ibumu...dengarkan ayah!" suaranya geram padaku dan matanya melotot, dan dia pegang tangan kiriku dan juga setengah mencekik leherku. Saat itu aku sedang terduduk bersandar disudut tempat tidurku (karena aku sedang berusaha menghindar darinya). "ada yang belum ayah sampaikan amanah ibumu pada ayah, kamu harus tau, dan kamu harus dengar..." ucapnya sambil memperkuat cekikannya dileherku. "ibumu berpesan, kalo dia sudah meninggal, dia meminta ayah untuk menjadikanmu sebagai penggantinya, dan kamu harus melayani ayah, karena ini permintaan ibumu sebelum meninggal". "tidak mungkin...tidak mungkin ibu berkata seperti itu...ibu tidak bilang begitu...", isak tangisku semakin menjadi, sementara kurasakan tangan ayah mulai menarik paksa celana tidurku, hingga tersisa sampai selutut dan mulai menjamah-jamah pahaku. Rontahanku samasekali gak berarti, karena tenagaku tidak sekuat tenaganya mencekik leherku. Sambil menjelaskan bahwa ibuku berpesan padanya, kalo aku diminta ibu untuk menggantikan posisinya dikala ayah kesepian, bajuku juga dibuka paksa oleh ayah, seluruh pakaian yang kupakai telah dibukanya, hingga telanjang dihadapannya. Ancaman pun terus diterorkan ayah padaku, agar aku jangan mencoba melawan ataupun bersuara.
"kamu harusa nurut sama ayah!!, kalo kamu tidak mau nuruti ayah...ayah gak segan-segan akan menyiksamu, ayah akan buat kamu cacat seumur hidup, dan ayah juga bisa membunuhmu" kata-kata ayah sangat sadis dan kejam, aku gak menyangka sama sekali.
"dan kamu jangan munafik!!, kamu kira ayah gak tau apa yang pernah kamu lakukan dengan abangmu Arif..ayah sudah tau kalo kamu pernah melakukannya...kamu emut kontol abangmu sendiri waktu abangmu akan berangkat ke Pekan Baru, kamu kira ayah gak melihatnya, kamu suka kan...kamu suka dengan ini kan??", saat ucapkan itu, ayah membuka sarungnya dan telanjang dihadapanku, saat itu ia melepaskan cekikan tangannya dileherku. Aku berusaha tidak melihat kearahnya, tidak mau melihatnya. Kini ayah tiriku yang penuh wibawa dan sangat kuhormati, telah telanjang dihadapanku, dihadapan putrinya yang berumur 13 tahun. Aku benar-benar takut dan sungguh tidak ingin ini terjadi.
Ayah memaksaku untuk melihatnya, ditariknya kakiku ketepi tempat tidurku (saat itu posisiku terduduk), ayah berdiri dihadapanku. Dan aku lihat tubuh telanjangnya yang sangat dekat denganku. Sesaat itu aku masih sempat membayangkan bang Arif, yang telah pernah telanjang dihadapanku. Sungguh aku semakin takut membayangkan semuanya, dan aku hanya bisa meneteskan airmata tanpa berani bersuara. Tangan kekar ayah memegang kepalaku, dan meluruskan wajahku, agar aku melihat tubuh besarnya yang berdiri dihadapanku."turuti ayah..dan jangan melawan, kamu harus bisa gantikan ibumu...", ucapnya yang saat itu menjulurkan penisnya kewajahku, dan hampir menyentuh hidungku. Ayah telah memaksaku untuk melihat tubuh telanjangnya, telah memaksaku untuk melihat penisnya, yang saat itu sangat membuatku ketakutan, karena ukurannya sangatlah besar, yang menurutku ukuranya walaupun belum begitu menegang, tapi sangatlah besar. Penisnya ayah lebih besar dari penis bang Arif. Seakan aku sudah menjadi gadis yang sangat terhina melihat semua itu. Dia memintaku melakukan seperti yang aku lakukan pada bang Arif. Disodorkannya penisnya yang sangat besar itu kebibirku, sambil memerintahku untuk mengulumnya. Dan aku tidak ada pilihan selain menuruti keinginan ayah, yang saat itu pikirannya sudah dirasuki setan.
Semakin aku melakukan perintahnya mengulum sedikit penisnya, dan semakin kurasakan kalo penisnya mulai membesar dan memanjang, aku sungguh takut karena ukuran penis ayah jauh lebih besar. Dipegangnya kepalaku dan menekan penisnya masuk kedalam mulutku, dan aku benar-benar gak sanggup melakukan itu. Aku gak bisa melakukannya karena penisnya terlalu besar untuk mulutku, tapi ayah memaksa menekan sampai aku mual mau muntah. Tidak ada perasaan iba ayah sedikitpun memeperlakukan putrinya untuk melakukan itu, walau airmataku terus mengalir, sedkitpun tidak ada rasa iba dihatinya. Tidak lama kemudian ayah menyuruhku tidur telentang, diatas tempat tidurku. Lalu dia memintaku agar jangan menangis dan agar aku menuruti keinginannya. Ayah melakukan seperti yang dilakukan bang Arif, dia menjilati tubuhku dan membuka kakiku lebar-lebar. Dengan posisi seperti bersimpuh didekatkannya wajahnya kevaginaku, lalu aku merasakan kalo lidahnya seperti dipermainkan disekitar bibir vaginaku. Dan itu membuatku merasa geli sampai aku gak mampu menahan geli yang tidak kuharapkan samasekali. Aku menggelinjang, kepalaku menggeliat kekanan dan kekiri. Tapi tidak sedikitpun aku nafsu dibuatnya, karena dipikiranku tetap saja merasa jijik dan benci pada ayah tiriku.
"ayah..hentikan..kumohon ayah" rintihku padanya, tapi ayah sama sekali tidak menghiraukanku, ayah malah semakin menjilati vaginaku. Dan ayah juga memasukkan jarinya kedalam vaginaku, dan itu membuatku kesakitan. Lalu ayah merubah posisinya, tubuhnya yang sangat besar dan berat setengah menindihku. Lalu menjilati payudaraku yang masih tumbuh normal. Aku merasakan jilatan ayah yang membuatku merasa geli. Walau aku sangat membenci perlakukan ayah tiriku saat itu, namun jilatannya diseluruh badanku membuatku menikmatinya, tapi aku merasa bahwa aku bukanlah terangsang, karena sungguh aku tidak menyukai yang dilakukan ayah.
"kamu harus bisa gantikan ibumu sayang, kalo kamu sayang pada ibumu...kamu harus lakukan amanah ibumu, kamu harus bisa layani ayah...", bisiknya ditelingaku, dan menjilati telingaku sambil menindihku. Dan kurasakan penisnya seperti digesek-gesekkan kebagian vaginaku.
"ayah jangan...ayah, Rani gak bisa ayah..Rani belum saatnya begini ayah...kumohon ayah...", rintihku saat ayah mulai menciumi mulutku, dan menyedot sangat kuat mulutku dengan mulutnya. Kurasakan gesekan penisnya semakin kuat disekitar mulut vaginaku. Dan aku merasa ada rangsangan saat ayah menjilati leherku dan mempermainkan pentil payudaraku demgan lidahnya. Tubuhku seperti menggelinjang karena jilatan-jilatan ayah ditubuhku. Ayah berbisik ketelingaku "sudah lama ayah membayangkan dan menginginkan bersetubuh dengan gadis belia, sudah lama ayah memendam hasrat ayah, inilah saatnya sayang...puaskan ayah, biarkan ayah menikmatinya sayang...ayah juga akan buat kamu nikmat, kalo kamu sayang pada ibumu dan juga sayang pada ayah, kamu harus mau melayani ayah...", bisikannya ketelingaku kedengaran menjijikan, dan membuatku makin benci pada ayah. "aku bukan pelacur ayah.." jeritkku sangat kuat dalam hati.
"sekarang saatnya sayang...ayah gak mau ada suara, tidak bole ada jeritan ataupun menangis, kamu harus turuti ayah, kalo tidak turut pada ayah, ayah akan siksa kamu...ngerti kamu!" ayah mengucapkan ancamanya dengan mata melotot padaku, dan aku tau ancamannya tidak main-main. Lalu tubuh besarnya pindah posisi kembali keselangkanganku. Dibukanya kedua pahaku lebar, dan aku melihat ayah menjulurkan penisnya yang sangat besar berwarna gelap itu, kemulut vaginaku yang sangat kecil dan berwarna kemerahan. "ayah suka sekali melihat vaginamu sayang...ayah sudah lama merindukan vagina merah seperti ini", ucapanya sangat jorok. Lalu meludahi penisnya sendiri dan melumuri kepala penisnya dengan air ludahnya sendiri. Dan seketika itu rasa takutku luar biasa, aku takut membayangkan kalo penisnya ditusukkan kevaginaku. "ayah jangan ayah...tolong kasihani Rani ayah..", "diam!, turuti ayah...", bentaknya membuatku semakin takut dan menangis, kurasakan airmataku menentes mengiringi rasa takutku. Saat ayah mulai menusukkan kepala penisnya kemulut vaginaku, aku hampir berteriak untuk mengatakan jangan, tapi aku tidak berani bersuara, karena dia memintaku untuk menuruti perkataanya, agar aku tidak sedikitpun mengeluarkan suara. Tekanan penis ayah berkali-kali tidak berhasil, karena kuakui ukuran penisnya sangatlah besar. Lalu dia meludahi tangannya dan dioleskannya air ludahnya kemulut vaginaku. Seketika itu juga, tusukannya yang sangat kuat menenbus vaginaku, hingga kurasakan kepala penisnya mungkin sudah masuk tertelan vaginaku. Tersontak aku memekik menjerit, "aaah...aduuuh...huuuuh...". ayah tetap diam dan tidak marah walau aku menjerit (jeritanku saat itu tidak begitu kuat, namun rasa sakit teramatlah perih divaginaku). Ditekannya lagi, dan semakin kuat menekan hingga kurasakan vaginaku seperti koyak terasa perih. Aku sadar penisnya hanya bisa masuk sedikit demi sedikit. Dan aku sangat takut kalo ayah akan menusuk penisnya sampai dalam kevaginaku, karena bang Arif tidak pernah memasukkan penisnya sampai masuk semua. Tiap dorongan penisnya menekan masuk, tiap kali itu juga mulutku merintih menahan perih.
"ampun ayaah...aduuuh...". Lalu kurasakan tusukan ayah semakin masuk lagi sedikit, badanya bergerak maju mundur menekan nekan vaginaku dengan penisnya yang sangat besar itu.
"ayaah...rani gak bisa ayaah...rani gak tahan ayaaah...ampuuuun....aduuuu...aduuuuh...", rintihanku kala ayah semakin kuat bergerak menekan penisnya yang semakin lama semakin merobek vaginaku, dan semakin menembus lebih dalam lagi. Tiap gerakan tekanannya diikuti rintihanku menahan perih yang tak tertahankan.
Kurasakan penisnya sudah menembus masuk hampir setengah keruang vaginaku. Lalu ayah merubah posisinya dengan menindihku, sehingga badan besarnya kini terasa berat diatas tubuh kecilku. sambil melumat mulutku dan menjilati leherku, ayah menekan nekan penisnya masuk kevaginaku. Aku merasakan badan ayah mulai bergerak maju mundur, menusuk-nusukkan penisnya kevaginaku lebih dalam lagi. Betapa tersiksanya aku menahan perih, dan badanku semakin kaku, menahan perih, aku sama sekali tidak kuat menahan sakit saat kurasakan vaginaku terkoyak, karena penisnya sudah menekan masuk setengah dari batang penisnya dalam vaginaku.
"ayah cukup...jangan dimasukkan semua ayah...ayaaah...rani gak kuat...rani gak sanggup...ayaaaah jangan dimasuki semua ayah...", ayah tidak peduli dengan nafsu setannya, tidak peduli kalo gadis yang disetubuhinya bukanlah gadis dewasa, tapi seorang gadis yang berumur 13 tahun, yang vaginanya belum siap menerima penis besarnya. Ayah sadar kalo putri kecilnya tidak sanggup menerima penis besarnya, sehingga dia tidak memarahiku bersuara dan merintih. "ampuuuun...ayaaaah...ampuuun, aduuuuh...aaaaaagh...aduuuh...", rintihku saat ayah terus menggerakkan badannya kuat-kuat menusuk vaginaku. Aku mengira ayah tidak akan memasukkan seluruh penisnya kevaginaku, karena itu tidak mungkin pikirku, karena memang tidak akan bisa, karena vaginaku teramatlah kecil dan sempit untuk menerima penisnya, yang melebihi ukuran penis bang Arif. Ternyata dugaanku salah, karena kulihat ayah berusaha sekuat tenaga menekan penisnya menusuk masuk kedalam vaginaku, dia berulang-ulang mencoba menusuk sekuat tenaga seperti menyentakkan badannya kuat sekali. Walau gagal beberapa kali memasukkan seluruh bagian batang penisnya kevaginaku, tidak membuat ayah berhenti mencobanya.
Betapa tersiksanya aku, dan betapa hebatnya rintihanku, bahkan sampai aku sulit bernapas, saat ayah berhasil menyentakkan penisnya sekuat tenaga dan menembus koyak vagina kecilku. Aku hampir mati menahan sakit, bahkan untuk bersuarapun aku sudah tidak sanggup lagi. Aku merasakan sentakkan kuatnya, dan penisnya seperti menusuk sampai keulu hati. Tuhan...aku tidak sanggup, tolong aku Tuhan...jeritku sangat kuat sekali dalam hati (karena bersuarapun aku sudah tidak sanggup, karena sulit bernapas menahan sakit tusukan kuat ayah, yang menembus sampai kedalam vaginaku ). Ayahku tega melakukan itu, tega melihat putrinya hampir mati menahankan perih yang teramat sakit. Seakan ada yang koyak dalam perutku kurasakan...dan saat ayah terus menikmati tubuhku dengan menusukkan penisnya kuat-kuat, hingga menembus semua sampai keulu hatiku. Gerakannya juga semakin lama semakin cepat. Badan ayah penuh dengan keringatnya. Beberapa detik kemudian, aku sudah tidak ingat lagi apa yang terjadi (aku gak sadarkan diri). Aku tidak tau berapa lama ayah menidih tubuhku, aku tidak tau berapa lama ayah merusak vaginaku. Karena disaat aku sadarkan diri, aku sudah tidak menemukan ayah disekitar ruang kamarku. Yang aku lihat dan temukan, ada darah tercecer dipahaku, dan darah itu tampak mulai mengering lengket disekitar bibir vaginaku, juga disekitar pahaku. aku sempat bertanya-tanya dalam hati, mengapa ada darah, bukankah bang Arif telah merusak perawanku?, mengapa malam ini vaginaku masih berdarah...apakah ayah telah merusak habis vaginaku ?, apakah penisnya telah merobek-robek vaginaku?. Sungguh aku lelah memikirkannya, tubuhku yang saat itu masih telanjang tanpa pakain terasa sangat lemas tidak bertenaga. Dengan menangis aku merangkak kekamar mandi untuk membersihkan diriku yang sudah kotor. Dan rasa perih diselangkanganku begitu menyiksaku.
Setelah kejadian pahit itu, aku tidak bisa pergi sekolah karena badanku menjadi demam dan sangat lemah. Ada dua hari aku harus bolos sekolah, aku tidak sanggup. Tapi selama aku sakit dua hari, ayah bersikap sangat perhatian padaku, makan pun aku disuapinya, bahkan dia yang mengerjakan pekerjaan rumah selama 2 hari. Dan ke-esokan harinya, ayah mengulangi lagi perbuatannya, dia tahu kalo kesehatanku mulai membaik. Dan sebelumnya aku juga sudah menebak, kalo ayah tiriku, pasti akan mengulanginya, pasti akan memintaku lagi melayani nafsu setannya. Diriku seperti tawanan, dijajah tanpa bisa melawan. Malam itu aku diseret ayah dari kamarku menuju kamarnya (kamarnya bersama alhmarhum ibuku selama lebih kurang 8 bulan). Tanganku dipegangnya kuat dan aku ditarik masuk kekamarnya. Walaupun aku tidak berusaha melawan, bukan berarti aku menyetujui perlakuan ayah tiriku. Sudah tidak ada gunanya lagi, gak ada daya padaku buat melawannya. Hatiku ini juga sangat hancur, aku sudah dijajah, sudah menjadi tawanan yang gak tau sampai kapan akan terbebas dari semua ini.
Didalam kamar, ayah mendudukkanku diranjangnya, dan aku diminta untuk mendengarkan semua perkataannya. Ayah mengatakan, kalo tadi siang adalah hari terakhir aku memijakkan kaki disekolahku tercinta, ayah memintaku putus sekolah. Ayah juga mengatakan, mulai malam ini, aku tidak boleh lagi tidur dikamarku, mulai malam ini, aku harus tidur dikamar ayah, aku harus tidur satu ranjang dengan ayah. Ayah juga mengatakan, mulai besok, aku tidak boleh keluar rumah, tidak boleh menemui teman atau siapapun diluar sana, dan ayah katakan dia yang akan berurusan jika ada pihak sekolah menanyakan kabarku. Dan ayah juga mengatakan, mulai besok jika ayah pergi kekantor, aku akan dikurung dirumah sampai ayah kembali dari kantor. Dan ayah juga katakan, kalo aku harus menuruti perintahnya, harus melaksanakan amanah ibu padaku yang berpesan pada ayah bahwa aku harus bisa menggantikan tugas ibuku pada ayah tiriku...pada laki-laki yang telah berusia hampir 50 tahun. Aku menatap ayah sangat tajam saat dia selesai mengumumkan semua peraturannya buatku. Kutahan airmataku, dan kusembunyikan rasa takutku diwajahku. Betapa hancurnya hatiku mendengar semua itu, pupus sudah cita-citaku untuk menjadi seorang Pramugari, semuanya hanyalah tinggal mimpi.
Malam itu dengan hati yang sangat terpaksa kuturuti semua peraturannya. Ayah membuka paksa bajuku, karena menurutnya aku bermalasan dan sangat lambat sekali membuka seluruh pakaianku. Dan ayah juga telanjang diri dihadapanku, samasekali tidak merasa malu mempertontonkan tubuh telanjangnya kepadaku. "ayo sayang...malam ini adalah malam yang paling berkesan buat kita berdua...inilah malam pertama kita tidur satu ranjang dikamar ini, malam pertama bahwa kamu resmi menggantikan ibumu melayani ayah dikamar ini". Lalu ayah menuntunku tidur disebelahnya, saat itu kami sudah sama-sama telanjang. Dibelainya kepalaku dan diusapnya airmataku, lalu berkata lembut padaku, "ayah tau kalo kamu merasa berat menerima amanah yang dipesankan almarhum ibumu padamu lewat ayah, tapi kamu harus tunjukkan kalo kamu anak yang berbakti, kamu harus bisa gantikan ibumu untuk ayah". Yang ada dalam pikiranku saat itu, apakah benar semua ini?, tidak mungkin ibuku berpesan seperti itu, tidak mungkin. Tapi segera jeritan hatiku terhenti, saat kurasakan tangan kekar ayah mulai menyentuh seluruh tubuhku. Dan mulutnya gak berhenti menciumi seluruh wajahku, menciumi payudaraku dan mempermainkan lidahnya, dia menjilati seluruh payudaraku dan seperti menyedot dibagian puting payudaraku yang masih menumbuh kecil kemerahan, kemudian ayah berkata " jika kamu tidak ingin merasa tersiksa melayani ayah, kamu harus belajar menikmatinya, kamu harus belajar untuk menyukainya, kamu harus menyukai ayah sayang...ayah akan buat kamu menyukai rangsangan ayah, ayah akan buat kamu bisa menikmatinya", lalu ayah memerintahku untuk duduk ditepi ranjang, dan dia berdiri persis dihadapanku. Tubuh telanjang ayah kini ada dalam pandanganku. "tutup matamu", aku nurut pada perintah aya, kupejamkan mataku hingga aku tidak lagi melihat tubuh telanjang ayah.Lalu kurasakan Penis ayah seperti menyentuh-nyentuh seluruh bagian wajahku. Aku tau kalo ayah sengaja menggesek-gesekkan penis besarnya kewajahku, kebibirku, kepipiku, juga kehidungku. "buka mulutmu, dan tetap tutup matamu" perintahnya padaku dan kuturuti perintahnya, karena memang aku harus menuruti perintahnya. Sesaat itu juga langsung ayah mendorong penisnya masuk kedalam mulutku, hingga kurasakan bagian kepala penisnya kini telah tertelan dalam mulutku." dikulum sayang...yang kuat ngisapnya...ooooogh...", lalu ayah memegang kepalaku dan menekan kepalaku ketubuhnya, dan itu membuat penisnya semakin banyak masuk kedalam mulutku. Aku sungguh tidak tahan dan itu membuatku sulit bernapas. Lalu ayah juga menggerak-gerakkan badannya maju mundur, dan penisnya keluar masuk dimulutku, hingga aku tersedak mual dan perasaan selalu ingin muntah, dan air ludahku banyak keluar dari mulutku saat dia menyodokkan penisnya keluar masuk dalam mulutku.
Hingga hampir 5 menit aku mengulum penisnya, yang membuat mulutku terasa capek, dan aku tersiksa karena dia menekan-nekan kepalaku. Setelah itu ayah mencabut penisnya dari mulutku dan berkata "buka matamu..", saat kubuka mataku, penis ayah sangat dekat sekali kewajahku bahkan hampir menyentuh hidungku. Penisnya yang besar menegang tegak kearah wajahku. Lalu ayah bergerak naik keatas ranjang dan langsung tidur telentang diatas ranjang disebelahku. "sekarang ayah akan ajarkan kamu gimana caranya agar kamu suka dengan kontol ayah...dan agar kamu suka melayani ayah kapan saja ayah ingin dilayani...", ayah mengatakan itu lembut padaku. Lalu kulihat ayah meletakkan kedua tangannya dibawah kepalanya. "ayo sayang...ayah ingin lihat kamu mempermainkan kontol ayah...kamu harus bisa menyukai kontol ayah...kamu harus belajar menyukai sex, supaya kamu cepat dewasa...", ayah mengatakan itu dengan santai, dan kulihat matanya dipejamkanya. Sambil duduk disebelah ayah, kucoba menuruti perintahnya, kupandangi tubuh telanjang ayah yang kini ada didepanku. Aku menatap dadanya yang bidang, memandang perutnya yang ditumbuhi bulu, dan juga aku memandang penisnya yang menegang sangat besar. Kulihat bulu disekitar pangkal penisnya sangat lebat sekali, tapi aku masih belum berani mempermainkan penisnya seperti yang dia minta. "ayo sayang...sentuh tubuh ayah...sentuh kontol ayah...ayah ingin rasakan kontol ayah kamu permainkan...itu bisa membuatmu suka nantinya, kamu harus belajar menyukai kontol...karena hanya itu yang bisa membuatmu terangsang, ayah yakin kalo kamu sudah bisa menyukai kontol laki-laki, kamu akan senang melayani sex...ayo...disentuh sayang...cepat!". Dengan ragu dan dalam keadaan terpaksa, kucoba menuruti perkataan ayah. Dan aku mulai menyentuh tubuhnya. kuletakkan tangan kiriku diatas perutnya, dan kupegang penis ayah yang sudah menegang dan sangat panjang itu dengan tangan kananku. Kugenggam tegak penisnya, dan kulihat penisnya masih tersisa banyak dari genggaman tanganku. Ukuran penisnya sangatlah besar dan panjang, juga tampak sangat gemuk dengan warna agak gelap. Kucoba memegangnya dengan genggaman agak lebih keras sambil kuperhatikan kepala penisnya. Jantungku berdetak kencang, dan aku seperti merinding. Karena kulihat ayah memejamkan matanya, kebaranianku semakin bertambah untuk menyentuh penisnya. Lalu dengan sendirinya tanpa diperintah aku ingin sekali mencium penisnya, ntah darimana datangnya rasa ingin itu. Aku merasa suka melihat penis ayah saat itu. Lalu kucium ujung kepala penisnya yang sedang digenggam tangan kananku. "ouugh..bagus sayang...teruskan..." ayah kudengar mendesah. Kulepaskan penisnya dari genggamanku, dan kini penisnya kupandang tergeletak memanjang...dan itu membuat aku makin suka memandang penis ayah tiriku yang sangat kubenci itu.
Aku melihat wajah ayah dan kulihat matanya masih terpejam. aku semakin berani menatap tubuhnya yang kekar telanjang. Oh Tuhan mengapa aku kini suka melihat tubuh telanjang ayah...apakah karena ayah menutup matanya sehingga aku merasa bebas dari tekanan amarahnya...?, tak henti-hentinya batinku bertanya. Aku suka sekali melihat penis ayah saat itu, suka melihat bentuknya, melihat bagian kepala penisnya, dan sangat suka melihat bulu-bulu yang tumbuh lebat mengelilingi pangkal penisnya. Dan kulihat buah pelirnya yang berwarna gelap. Aku suka melihat penis ayahku yang besar berwarna gelap itu (gimana pun juga...aku harus belajar menyukainya...agar aku tidak merasa tersiksa seperti yang ayah katakan) bisik batinku dalam hati. Ku-elus penisnya dengan lembut, lalu kuberdirikan dalam genggamanku, dan saat itu juga langsung kudekatkan wajahku, tanpa diperintah aku langsung mencoba memasukkan penisnya kedalam mulutku, tapi hanya sebatas kepala penisnya saja (karena hanya sebatas itu yang muat tertelan dalam mulutku). Aku mengulumnya, menghisapnya, dan sepertinya aku sudah belajar untuk menyukainya. Juga aku mencoba menjilati seluruh batang penisnya dan juga buah pelirnya, hingga kulihat penis ayahku kini mengkilat karena dibasahi airludahku. Berulang-ulang kumasukkan kemulutku lalu kukeluarkan lagi, kumasukkan lagi kemulutku dan meghisapnya lalu kukeluarkan lagi. Aku semakin menikmatinya, aku semakin suka dengan penis ayahku. "iya begitu sayang...isap terus sayang...tunjukkan pada ayah kalo kamu bisa muasin ayah...ooouugh...enaknyaaa...yang kuat emutnya sayang..." ayah gak henti-hentinya mendesah saat aku terus mempermainkan penisnya dalam mulutku. Aku kini merasa bahwa aku telah bisa membuat ayah puas. Dan jujur aku sudah menyukainya, sudah merasa ada nafsu dalam diriku saat aku memandang dan mempermainkan penis ayahku. Walaupun mulanya aku melakukan itu karena paksaan. Aku tau kalo diriku mulai terangsang...karena saat itu aku mulai berani meletakkan wajahku dipenisnya, meletakkan wajahku diperut ayah. Dan saat aku meletakkan wajahku dipenis ayah dan diperutnya, aku rasakan ayah membelai-belai kepalaku dan ayah berkata "ayah senang kamu mau belajar menyukainya...rani kamu anak yang baik", lalu ayah bangkit dari tidurnya dan duduk menghadapku, saat itu aku juga duduk menghadap ayah. Lalu kedua telapak tangan ayah ditempelkannya dikedua pipiku, dan didekatkan wajahnya kewajahku dan langsung mulutku diciuminya dan disedotnya. "keluarkan lidahnya sayang... ayah akan ajarkan kamu untuk menikmati sex". Lama sekali ayah meyedot mulutku dan juga lidahku, dan kuakui aku menyukai perbuatan ayah. Ayah berbisik ketelingaku "rani...kamu sayang ayahkan...ayah sayang sama rani...ayah akan buat kamu bahagia, tapi rani harus janji pada ayah...harus selalu bersedia layani ayah...ayah sangat butuh sex sayang...ayah suka sekali ngentot sama gadis seusiamu...ayah tau kamu masih terlalu mudah...tapi ayah sudah anggap kamu dewasa, ayah tau kalo kamu bisa puasin sex ayah..ayah sangat suka sex sayang". Lalu ayah merebahkan tubuhku diatas ranjangnya dan dia bergerak kebawah selangkanganku. Kulihat ayah merapatkanwajahnya diselangkanganku, dan segera kurasakan kalo ayah sedang menjilati vaginaku. Ayah mempermainkan lidahnya divaginaku, hingga aku merasakan sesuatu yang sangat nikmat hingga aku merintih-rintih, dan tanpa kusadari kedua pahaku telah menjepit kepala ayah yang dibenamkannya diselangkanganku.
Aku mencoba untuk menikmati apa yang dilakukan ayah, karena untuk menolak dan menghindar darinya sudah tidak mungkin, aku tidak mau ayah kasar padaku, aku tidak mau ayah sampai melukaiku dan membuatku cacat, seperi yang selalu dikatakannya padaku bila dia mengancamku. Hanya satu yang terus membuatku takut walaupun aku sudah belajar untuk menikmatinya, yaitu aku masih selalu takut dan terus takut membayangkan kalo penis ayah dimasukkan kevaginaku. Aku masih belum sanggup, dengan tubuhku yang kecil dan lubang vaginaku juga masih kecil dan sangat sempit untuk dimasukin penis ayah yang sangat besar itu. Aku mulai suka pada penisnya tapi aku tetap saja takut untuk sex dengannya.
"sayang...ayah masukin ya...ayah akan buat kamu puas...kamu juga harus bisa buat ayah puas...ayo sayang...", "ayah rani takut...", aku memelas karena sesungguhnya aku memang masih takut. "gak apa sayang...ditahan aja...lama-lama kamu akan merasa enak sayang...dinikmati saja...". lalu ayah membuka lebih lebar lagi belahan pahaku, kulihat dia menggenggam penisnya sambil disodorkan kemulut vaginaku. Saat itu posisi ayah bersimpuh dan kedua lututnya dilebarkanya. dan aku juga membuka kedua kakiku lebar (tapi jantungku berdetak sangat cepat, aku sangat takut sekali melihat penis besar ayah). "ayaaah...uuugh...uuugh..." jeritku saat ayah mulai menekan penisnya masuk kedalam vaginaku. Kurasakan kepala penisnya sudah menusuk masuk semua kevaginaku. "dinikmati saja sayang, ditahan saja...gak apa-apa kok". Lalu ayah mengangkat kedua kakiku, diluruskannya keatas dan disandarkannya kedua kakiku dibahunya. Dan seketika itu, dengan gerakan tiba-tiba ayah menekan sangat kuat penisnya, dan langsung kurasakan penisnya ayah menerobos masuk hingga hampir setengah daribatang penisnya sudah masuk kedalam vaginaku. Aku gak tahan menahan perih...kurasakan vaginaku seperti koyak, dan kurasakan rongga vaginaku seperti penuh menjepit penis besar ayah. Dan ayah mulai menggerak-gerakkan badannya maju mundur menekan-nekan penisnya mencoba masuk lebih dalam lagi. Aku tau ayah merasa kesulitan memasukkan penisnya lebih dalam. Karena vaginaku terlalu sempit dan kecil, dan memang belum waktunya mampu menerima penis ayah yang sangat panjang dan besar itu (mungkin lebih dari 17cm dan sangat gemuk). Tiba-tiba ayah merubah posisi, dibukanya lebar pahaku dan dia mencoba untuk menindihku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku. Lalu dia menekan penisnya kuat-kuat kedalam vaginaku yang membuatku serasa mau mati menahan sakit, aku masih tetap merasakan kalo vaginaku seperti koyak ditusuk penisnya.
"ayaah...sudaah...jangan dimasukin semua ayaah...sakiiit...uuuugh...", aku terus merintih dan air mataku sampai menetes menahan perih yang sangat sakit tak tertahankan, seolah ayah gak peduli kalo aku gadis berumur 13 tahun (6 bulan lagi agar aku genap 14 tahun). "gak apa-apa sayang...ayah akan merasa sangat nikmat dan puas kalo kontol ayah bisa ayah benamkan masuk semua kepepek kamu...oooogh...enaknya sayang". Ayah sungguh tidak kasihan padaku karena sudah sangat bernafsu. Dan dia terus menekan kuat dan sangat kuat hingga kurasakan penisnya semakin masuk kedalam vaginaku. dan badannya gak henti-henti bergerak naik turun menekan kuat-kuat penisnya kedalam vaginaku.
"oogh enaknya sayang...duh enakyaaaa...ooogh...enaknya ngentoti pepekmu sayang...duuuuh enaknya...sempit kali pepekmu sayang...ouugh...". Lalu dengan gerakan tiba-tiba dan sangat cepat ayah menusukkan penisnya sangat kuat menyentak, hingga kurasakan penisnya masuk seluruhnya menenbus ruang vaginaku. Dan saat itu aku merasa bahwa aku akan mati, aku sulit bernapas dan badanku kaku menahan penisnya yang masuk menembus kevaginaku. aku dengar ayah seperti meraung "oooooooouuugh....aaaaaggh...enaknya sayaaaaang...enaknya kontol ayah masuk semua sampai kandas sayang...oooogh sempitnya...pepekmu nikmat sayanng...enaknya ngentot sampai kandas sayang...", saat penis ayah sudah masuk sampai kandas semua tertelan vaginaku, ayah berhenti menggerakkan badannya kira-kira 1 atau 2 menit. Sementara saat itu aku merasakan kalo penis ayah sudah menusuk sampai ke ulu hatiku, sakit bukan main dan badanku kaku gak bisa bergerak. Kucoba mendorong badan ayah dengan kedua tanganku agar penisnya tercabut dari vaginaku. Tapi saat itu aku sudah tidak bertenaga lagi karena bernapaspun aku sudah sulit. Mungkin karena tubuhku masih kecil mungil, sehingga kurasakan kalo penis ayah menusuk sampai keulu hati. Aku masih sempat terpikir saat itu..kalo bagian dalam vaginaku mungkin sudah rusak karena ditusuk paksa lagi oleh ayah, aku sangat takut sekali.
Dan setelah 2 menit ayah mulai menggerak-gerakkan badannya maju mundur menekan penisnya keluar masuk vaginaku. Dan kurasakan kalo vaginaku seperti terkoyak-koyak. Dan tiap tusukannya kurasakan dalam sekali sampai keperutku, sampai keulu hatiku, aku megap sulit bernapas. Sementara ayah terus menggoyang badannya dan tak henti-hentinya mulut ayah menguapkan kata-kata jorok ketelingaku. "aduuuh enaknya pepekmu...enaknya sayaaaang...ooouuugh...enaknya nekan sampai kandas sayang...kontol ayah sampai masuk semua...oooough...iiiiih enaknya pepek...enaknya ngentot pepek sempit...aduuuuh enaknya sampai kandas-kandas...sayaaaaang...", sementara saat itu aku sudah tidak lagi bisa berbuat apa-apa selain menahan sakit. Dan ayah tidak peduli sama sekali, dan malah bertambah nafsu menekan penisnya. Kemudian setelah 10 menit, ayah berhenti bergerak badannya. Kedua tangannya direntangkan dikanan dan dikiriku, lalu dia menarik penisnya hingga hampir keluar semuanya, tapi bagian kepala penisnya masih tertanam didalam vaginaku. Lalu dengan gerakan tiba-tiba dan sangat kuat menyentak masuk kevaginaku sampai kandas. Ditariknya lagi lalu disentaknya lagi dengan gerakan sangat kuat menyentak masuk sampai kandas.Gerakan itu berulang-ulang ayah lakukan kevaginaku. Aku hampir mati gak bisa bernapas, karena ulu hatiku juga seperti tertusuk, aku megap sulit bernapas. Dan aku juga tidak bisa lagi bersuara karena megap. Tiap kali ayah melakukan gerakan menyentak kuat seperti itu, badanku juga ikut tersentak-sentak, karena ayah menyentaknya sangat kuat sekali. Dan aku tau kalo ayah tidak ingin badanku ikut tersentak. Lalu dipegangnya kepalaku dengan kedua tangannya sangat kuat mencengkram kepalaku, kuat sekali dicengkramnya kepalaku. Lalu dia kembali melakukan gerakan menyentak-nyentak lagi, sangat kuat ayah menyentak-nyentak hingga penisnya masuk sampai kandas-kandas. Dan karena kepalaku dicengkramnya sangat kuat, maka badanku tidak lagi ikut tersentak. Dan itu semakin membuatku merasa mau mati tersiksa menahan sakit. Aku seperti gak sanggup bernapas dan selalu megap, mataku juga sampai melotot menahankan, dan airmataku gak hentinya mengalir. Ayah sungguh tidak perduli dan semakin bernafsu menyentak-nyentak.
"ampuuuuuun...aaaaaagh....sakiiiit....uuuuuuugh....sudah ayaaaah....ampuuuun....aaaaagh..."
"enaknya pepekmu sayang, oooogh enaknya...masuk sampai kandas sayaaang...duuuh enaknya, aaaaagh....oooogh....". Sungguh ayah gak peduli lagi dengan rintihanku.
"duuuh sayaaaang...enaknya, ayo dinikmati sayang...oooogh....aaagh enaknya..." ayah terus menggerakkan badannya kuat-kuat hingga badannya penuh dengan keringat. "kau harus bisa puaskan ayah...ayah sudah lama sekali membayangkan pepek gadis belia macam kamu sayang...ayo dinikmati kontol ayah sayang...sampai megap...sampai pingsan kamu...ayooo....duuuh enaknya...duuh enaknyaa...". Ayah benar-benar telah menganggapku gadis dewasa, hingga tega melihatku tersiksa. Dan ayah lama sekali menindihku, memperkosahku, menyiksaku dengan kasar. Hingga kira-kira 20 menit, kulihat ayah mendesah sangat panjang dan penisnya seperti dibenamkan kuat masuk semua kevaginaku, tanganya juga sangat kuat mencengkram kepalaku seperti mencakar kulit kepalaku. Dan kurasakan seperti ada cairan hangat mengalir dari dalam penis ayah dalam vaginaku. Mungkin itulah sperma ayah yang dia keluarkandalam vaginaku. dan setelah itu badan ayah kaku dan gak bergerak lagi diatas tubuhku. Badanya penuh dengan keringat. Dan kurasakan seluruh badanku sudah sangat lemas dan spertinya aku sudah tidak bertenaga lagi. Aku lega karena penderitaanku selasai.
Lalu ayah mencabut penisnya dari lubang vaginaku, dan dia merebahkan tubuh telanjangnya disebelahku. Kulihat ayah juga sangat lemas, tapi wajanya seperti tersenyum puas. "terimkasih sayang...ayah sangat puas...ayah benar-benar gak nyangka kalo kamu bisa membuat ayah sepuas ini, terimakasih sayang...". Aku hanya terdiam mendengar perkataan ayah, dan sungguh aku tidak peduli apa yang dia bilang.
"mulai malam ini...besok dan seterusnya, kamu harus terus layani ayah...tidak bole tidak...harus!, kamu harus mau negentot sama ayah tiap malam, kamu harus belajar muasin ayah...". "aku gak sanggup ayah...rani gak bisa...rani gak kuat ayah..." ucapku dengan suara serak dan pelan sekali (karena aku sudah tidak bertenaga lagi). Dan kami berdua tertidur sampai pagi dalam keadaan telanjang dikamar ayah.
Sejak malam itu dan seterusnya aku selalu dipaksa ayah untuk memuaskan nafsu setannya. Ayah selalu menyetubuhiku tiap malam, bahkan kadang 2 atau 3 kali sehari. Ayah juga pernah mengatakan padaku kalo dia sangat suka sex dan harus tiap hari melakukan sex. Aku sampai pernah berpikir kalo almarhum ibuku dulu sakit dan sampai mati akibat perbuatan ayah. Aku jadi teringat kalo dulu penyakit ibu mulanya karena dinding rahimnya terluka, mugkin akibat tusukan penis ayah yang sangat panjang dan dilakukan dengan memaksa, seperti yang ayah lakukan padaku. Aku juga sudah sangat yakin kalo rahimku mugkin sudah rusak, mugkin aku sudah tidak bisa punya keturunan lagi kelak. Apalagi ayah pernah berkata disuatu hari, "ayah sengaja masukkan kontol ayah sampai kandas kevaginamu, supaya rahimmu rusak, supaya kamu mandul, ayah gak mau kalo kamu sampai hamil..", betapa teririsnya hatiku mendengar perkataannya saat itu. Aku telah dijadikan pemuas nafsunya. Aku selalu dikurung ayah dirumah kalo dia pergi bekerja. Dan selalu mengancam akan membunuhku kalo aku mencoba melarikan diri, ataupun bercerita pada siapa saja. Hingga hampir dua tahun aku terus dijadikan ayah sebagai pemuas nafsunya. Aku menyadari kalo ayah tiriku adalah maniak sex yang selalu harus melakukan sex. Selama 2 tahun saat melayaninya aku terus belajar menikmati agar aku tidak tersiksa. Dan kuakui aku semakin lama semakin terbiasa dan sedikit tidak terpaksa lagi melayani ayah.
Aku selalu bernafsu kalo melihat ayah telanjang, dan selalu suka melihat penisnya, dan aku selalu suka meghisap penisnya, mempermainkan penisnya dimulutku. Tapi aku selalu tersiksa kalo penisnya dimasukkan kevaginaku. Mungkin pembaca akan mengira kalo aku juga suka diperlakukan seperti itu. Tapi jujur dari hatiku yang paling dalam bahwa aku dipaksa untuk belajar menyukai sex, dan tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauan ayahku. Hingga aku menemukan orang yang setia mendengarkan kisah hidupku, dan menurut beliau aku tidaklah bersalah kecuali menjadi korban kebuasan manusia gila seperti abang tiri dan ayah tiriku.
(penulis mencoba menceritakan dengan bahasa yang sesuai dengan usia sipelaku/korban. Dan cerita ini sudah ditambah dengan bahasa yang lebih hot)
Pembaca bole berkomentar atau tinggalkan pesan dikotak inbox...sekian terima kasih....!
Sabtu, 17 Agustus 2013
Dijadikan Pemuas Nafsu
Aku Dipaksa Mengenal Sex
Tanpa kusengaja dan tanpa kuharapkan semua ini terjadi bagai air mengalir namun amat memilukan hatiku. Namaku Rani Ameli usiaku 15 tahun saat ini, sebagai gadis remaja aku beruntung punya wajah dan body yang cantik, dengan rambut lurus panjang dan kulitku putuh mulus, ditambah lagi bola mataku yang indah serasa hampir sempurna penampilanku. Sehingga banyak cowok yang mencoba mendekatiku dan coba mencuri perhatianku. Namun tak satupun dari mereka yang bisa buat aku untuk menerima perhatian mereka sipencari cinta itu (bukan berarti aku tidak suka pacaran ).
Sebelum aku menceritakan pengalaman pahit yang kualami, baiknya aku beritahu latar belakang keluargaku yang dulu serba kekurangan, aku adalah anak semata wayang, ayahku telah meninggal dunia karena sakit waktu aku umur 12 tahun, dan 5 bulan kemudian karena masalah ekonomi ibuku namanya Sadiem (36tahun) menikah dengan duda umur 49 tahun dengan anak 2 laki-laki yang sudah dewasa, mereka adalah yang menjadi abang tiriku. Yang tertua bang Arif umur 28 tahun dan yang ke-2 bang Dani 26 tahun. Dua-duanya masih melajang dan ternyata tidak menyukaiku hadir ditengah keluarga pak Wiro (ayah mereka dan menjadi ayah tiriku juga). Saat ibuku menikah dengan pak Wiro (pegawai PNS) aku baru saja lulus dari SD dan segera melanjut ke SMP yang ada dikotaku Medan Sunggal. Sementara bang Arif pengangguran dan bang Dani sudah bekerja sebagai security disebuah pabrik yang ada disekitar jalan Sunggal.
Hubungan ibuku dan ayah tiriku kian hari kian erat, dan ayah tiriku itu juga sangat sayang padaku dan sangat memanjakanku, karena pak Wiro tidak punya anak perempuan dan aku beruntung sangat dimanjakannya, dan ternyata hal itu membuat abang-abang tiriku manjadi iri dan akhirnya sangat membenciku, bahkan mereka gak segan-segan menempelengku walau hanya dengan masalah sepele yang aku buat. Aku heran mengapa mereka gak sayang padaku padahal mereka gak punya adik perempuan dan harus nya mereka melindungiku dengan baik dan menyayangiku. Aku bukannya gak tau diri, aku juga nyadar kalo aku dan ibu hanya numpang dirumah mereka, dan aku juga tidak banyak meminta pada ayah, cuma beliau aja yang sangat sayang padaku dan suka membelikanku baju dan semua alat-alat sekolah yang kuperlukan.
Hari-hariku kujalani dengan ceria awalnya, selain memasuki ajaran baru sebagai siswi SMP dan aku juga merasa bahagia punya keluarga baru yang kehidupannya boleh dibilang cukup untuk keluarga sederhana seperti yang kami jalani waktu itu. Ibuku juga akhirnya punya kegiatan dengan bekerja sebagai penjaga kantin dikantor tempat ayah bekerja. Jadi tiap hari ayah dan ibu perginya bareng kalo berangkat kerja dan pulangnya juga bareng, pergi pagi jam 07 pulangnya sore jam 04 atau jam 05. Aku sudah terbiasa pergi sekolah dengan naik angkot sendiri dan pulang sekolah juga gak dijemput. Yang selalu tinggal dirumah bang Arif karena dia nganggur gak ada kegiatan selain suka berolah raga dan pergaulannya juga agak buruk, suka mabuk dan pernah kata ayah kepergok makai narkoba. Kalo bang Dani walau punya pekerjaan tapi juga jarang pulang alias nginap dirumah temannya atau ntah dimana aku juga gak pernah tau.
Hingga suatu hari tibalah hal sangat memilukan pada diriku. Saat itu jam 02:30 sore, aku abis nyetrika seluruh pakain keluargaku, dan pakaian yang kusetrika akan kusimpan kelemari pakain masing-masing, pakain ibu dan ayah kusimpan ke lemari yang ada dikamar ayah dan ibu, pakaianku kusimpan dikamarku dan pakain abang-abangku kusimpan kekamar mereka (abangku ber-dua satu kamar). Terakhir aku akan menyimpan pakain abangku, aku melangkah kekamar bang Arif dan sungguh aku tidak menduga kalo didalam kamar ada orang, karena kutahu kalo sore biasanya bang Arif suka keluar dan jarang ada dirumah. Kulihat pintu kamar tertutup tapi gak terkunci, maka aku menduga kalo didalam kamar emang gak ada siapa-siapa. Kudorong pintunya dengan kaki kananku karena kedua tanganku membopong banyak pakain, langsung aku masuk hendak menuju lemari pakaian, tapi segera saja langkahku terhenti karena ternyata bang Arif ada didalam sedang duduk menghadap komputer dan dia sangat terkejut meihatku, karena sangat jelas aku melihat apa yang sedang dia lakukan, dia sedang memagang sesuatu dibawah perutnya dan tangannya yang memagang sesuatu itu dia gerak-gerakkan seperti gerakan bergetar saat itu, dan celana pendek yang dia pakai aku lihat diturunkan sampai selutut. Sungguh aku gak ngerti apa yang dia lakukan, tapi dia menjadi sangat marah padaku dan dia cepat-cepat membenahi celananya, dia rapikan sambil membelakangiku, tapi aku sudah jelas melihat kalo dia tadi menggenggam kemaluannya, karena terlihat jelas dihadapanku. Jujur aku juga sangat malu dan sangat takut saat itu. Tiba-tiba dia membentakku sangat kuat dan matanya melotot seakan mau menelanku, "hei tolol...dasar anak setan!"...bentaknya sangat kuat buat aku hampir mau menangis ketakutan. "kamu gak punya mulut ya...hah! nyelonong aja, dasar setan". Aku gak berani jawab apa-apa selain gemetaran ketakutan, aku takut sekali. "cepat keluar", bentaknya sekali lagi, dan aku langsung keluar, sementara pakaian yg kubawa belum sempat kuletakkan dan akhirnya kubawa kekamarku.
Didalam kamar aku menangis karena dibentak kuat, kuletakkan pakaian yg kubawa diatas meja kamarku. Rupanya tanpa kuduga bang Arif mendatangi kekamarku, dia berdiri dipintu kamarku dengan kedua tangannya diatas pinggangnya, matanya melotot marah menatapku. Saat itu aku sedang terduduk dipinggir kasurku, dan sungguh aku gak berani menatapnya. Lalu dia melangkah mendekatiku dan aku gak berani melihat kearahnya selain tertunduk takut..."hei kampret...kau sudah lihat tadi ya...", tanyanya dengan suara keras tapi aku gak berani jawab apa lagi lihat kearahnya, karena bang Arif itu mau menempeleng, galak amat orangnya. "apa yang kau lihat tadi?" tanyanya lagi buat aku makin kebingungan dan takut. "aku tanya...yang kamu lihat tadi". Aku tetap diam karena gak tau harus jawab apa, dan tiba-tiba dia bentak aku lagi, "jawab...apa yang kamu lihat tadi..", "aku gak lihat apa-apa bang", jawabku dengan suara pelan dan air mataku ngalir sendiri basahi pipiku (karena memang aku gak ngerti apa maksudnya). Tiba-tiba tangan bang Arif megang leherku dan wajahku diangkatnya, aku lihat wajahnya sangat marah dan seram. "jawab sekarang apa yang kamu lihat tadi", dan ntah napa aku barani jawab, "lihat yang mana bang...aku gak ngerti maksudnya". "coba bilang apa yang kamu lihat tadi pada abang, apa yang sedang abang lakukan...", aku semakin takut, karena jujur aku gak mungkin bilang apa yang aku lihat tadi, aku malu bilangnya sumpah. Lagian itu menjijikkan, tapi dia tetap memaksaku untuk menjawab, lalu kubilang kalo aku gak lihat apa-apa, tapi abangku gak percaya dan tetap memaksa. Aku heran napa dia memaksaku harus bilang apa yang terjadi, napa dia harus menanyakan itu, apa dia juga gak malu kalo aku jawabnya jujur...
Dan ntah napa kok bang Arif tiba-tiba lembut dan duduk disebelahku. Terus dia belai rambutku, dan jujur itu buatku bingung, tapi tetap saja aku takut padanya, karena dirumah dialah orang yang paling aku takut dan juga bang Dani. Lalu dia cerita dan sedikit curhat sambil yakinkan aku agar aku gak usah takut, dia bilang kalo yang dia laukukan tadi namanya onani, dan dia bilang itu dilakukan laki-laki kalo lagi kesepian. Sebenarnya aku gak gitu ngerti tentang itu. "mumpung adik tadi sudah lihat abang onani, dan sudah lihat semuanya...mending abang kasih tau dan jelaskan semuanya, tapi dengan syarat harap jaga rahasia", dengar perkataannya aku jadi semakin malu dan aku gak mau dia jelaskan itu, aku takut. "adek gak usah takut ya...kalo adek mau bantu dan nurut sama abang, abang gak akan marahi adek lagi". Jantungku berdetak kuat, sungguh apa yang sedang terjadi dan apa maunya abangku, aku berpikir kalo ini gak benar, aku ingin sekali berlari keluar kamar karena aku mengira kalo abangku pikirannya mulai negatif sudah. Tiba-tiba dia pegang tanganku sambil bilang kalo aku gak usah takut dan nurut aja biar dia gak marah katanya. Dia bilang biar aku juga ngerti tentang sex, biar aku gak penasaran, gitu dia bilang. Aku bilang gak usah, aku gak mau, dan aku bilang aku mau beli sesuatu keluar karena aku emang sangat ketakutan jadinya. Tapi dia kuat pegang tanganku, dia bilang jangan kemana-mana, dia bilang kalo dia cuma mau ajarin aku sesuatu dan itu perlu aku tau. "abang kesepian dan adik maukan bantu abang, gak apa-apa kok cuma bantu abang nyelesaikan sekalian adek juga bisa belajar", "bantu abang ngapai", aku bilang sambil lihat wajahnya, tapi tanganku ditariknya kepahanya.
Rupanya bang Arif sudah gak karuan pikirannya, dia peluk aku sambil tangan kananku diletakkannya tepat diatas selangkangannya, hingga tanpa kutau apa maksudnya tapi aku bisa rasakan kalo diatas gundukan celananya ada sesuatu. Oh Tuhan...tidaaak...ini tidaklah pantas, aku tidak mau terima ini, aku tau kalo bang Arif mau ajarkan sesuatu yang belum pantas kuketahui sebagai putri remaja usia 13 tahun. Aku tau kalo dia sesungguhnya ingin ajarkan pelecehan. Rasa takut berkecamuk dibenakku karena satu kecupan nempel dibibirku, "uumh...uuuummh...", mulutku seperti disedot mulutnya dan aku sulit rasanya untuk mengatakan sesuatu, aku terus berusaha menghindar dari ciumannya tapi tetap aja aku gak mampu karena saat itu tangannya yang lain pegang kepalaku dengan kuat dan tangannya itu menarik kepalaku kewajahnya dengan sangat kuat. Gak salah lagi tebakanku ini adalah pelecehan padaku (gadis dibawah umur), saat dia lepaskan sedotan mulutnya dari mulutku " jangan merontah atau melawan..." ucapnya dengan suara datar. "kenapa abang seperti ini padaku, aku gak bisa bang...aku masih anak kecil...", mohonku padanya dengan suara serak menahan tangisku, tapi airmataku sudah menetes dipipi, aku buat wajahku sesedih mungkin agar dia kasihan padaku, tapi tetap saja tanganku dipegang kuat dan ditempelkan diatas gundukan kemaluannya.
"kamu bukan anak kecil lagi sayang...kamu sudah remaja...sudah saatnya kamu tau" jujur aku takut tapi ada sesuatu yang aneh kurasa saat aku dengar dia panggil sayang padaku, dan menurutku pasti dia mulai iba padaku dan akan melepaskanku, dan baru kali ini ada orang panggil sayang padaku selain ibuku dan almarhum ayahku. "adek gak bisa bang...biarlah adek pergi saja, lepaskan adek bang", aku kira dia kasihan padaku tapi rupanya nggak. Lalu dia bang Arif mulai ancam aku, aku diminta diam dan harus menuruti perintahnya. "kalo kamu gak mau lihat bang Arif marah dan gak mau kena pukul, kamu harus turut, ngerti kamu!", "wajahmu gak jelek tapi hatimu jahat",(jeritku dalam hati sambil menangis). Akhirnya dia terus menyakinkan aku kalo yang akan diajarkannya tidak merugikan diriku atau siapapun, dia bilang toh suatu hari nanti aku juga akan lakukan hal yang sama kalo sdh dewasa nanti pada orang yang menjadi pilihaku (tapi sesungguhnya bhatinku sangat tidak setuju tapi juga aku takut kalo dia benar-marah nantinya).
"sekarang ikuti perintah abang, tutup kedua matamu dan jangan coba-coba sekalipun melawan...", karena aku memang sangat takut, aku lakukan perintahnya. "sekarang coba bayangkan apa yang kamu lihat pada abang dikamar abang tadi, bayangkan apa yang sedang abang pegang dan apa yang sedang abang lakukan, dan jangan bersuara sedikitpun", dia katakan itu dekat ketelingaku sambil aku rasakan kalo tanganku mulai dimasukkannya kedalam celananya."ini gak benar, aku gak mauuuu...lepaskan akuuuu..."jeritku sangat kuat dalam hati. Aku berharap sekali ada seseorang datang yang bisa menolongku saat itu, (oh ibu...oh ayah...dimana kalian, cepatlah pulang ibuu...) tangisku semakin menjadi dengan linangan air mata tanpa berani besuara. Sesuatu yang belum pernah aku pikirkan, sesuatu yang belum pernah aku lihat, sesuatu yang belum pernah aku bayangkan, juga sesuatu yang belum pernah aku sentuh...kini telah bersentuhan dengan tanganku, kini telah membuat pikiranku penuh tanda tanya. Bang Arif abang tiriku telah mengajarkanku kedunia orang dewasa yang sangat bertentangan dengan kemauanku.
Didalam celananya tanganku seperti dipaksa tangannya untuk menggenggam sesuatu yang aku rasakan seperti bagian tubuh, seperti daging kenyal yang keras, jantungku berdetak cepat gak menentu (mungkin juga aku sudah keringat dingin saat itu), sambil diciumnya pipiku dia bisikkan ketelingaku (mulutnya dekat sekali ketelingaku), "pegang yang kuat sayang...gak usah malu-malu...abang yakin kamu suka". "cuih..." kuludahi dia dan kena wajahnya (tapi air ludahku tertahan dimulutku, karena aku memang gak berani melakukan itu). Aku masih tetap diperintah untuk tidak membuka mataku, entah sampai kapan. Kini benda itu telah kugenggam...sangat besar, genggamanku gak bisa penuh karena tanganku gak cukup (kemaluannya sangat besar kurasakan). Walau perasaan takut tetap menguasai pikiranku, tapi aku masih bisa merasakan semuanya, dalam hati aku berkata..."inilah penis laki-laki, kemaluan laki-laki, penis itu terasa hangat ditanganku, terasa menegang dan sangat keras, dan terasa seperti berdenyut (jujur aku sangat takut membayangkannya) karena aku sadar penis yang aku pegang ukurannya bukan seperti penis anak-anak tetangga umur 5 tahun yang pernah kulihat saat mereka mandi hujan dengan telanjang. Ini terasa lain dan tanpa kusadari aku jadi merinding saat memegangnya, aku membelai lembut penisnya seperti yang dia perintahkan...dari atas kebawah hingga kurasakan tanganku menyentuh bulu yang ada dipangkal penisnya yang sangat besar itu. "pegangan adek enak...abang suka adek megangi dedek abang", dia bilang gitu...dedek ? maksudnya apa (tanyaku dalam hati). Dia buka celanannya dengan tangan kanannya mungkin, karena tangan kirinya tetap memimpin tangan kananku memegang penisnya.
" Sekarang coba buka matamu...", ucapnya padaku sambil mencium pipiku, saat kubuka mataku dan kebetulan saat itu arah wajahku tepat kearah bawah arah pahanya, maka langsung terlihat dengan jelas sebuah benda sangat besar (yang dinamakan penis itu) berada dalam genggaman tanganku), dia lepaskan tanganku dari genggaman tangannya dan samakin jelas bentuk penis bang Arif kulihat. Ya Tuhan malunya aku (bhatinku dalam hati), panjang dan besar sekali, warnanya coklat dan ada kepala botaknya sangat besar, ada bulu yang tumbuh sangat lebat disekililing pangkal penisnya. Benarkah yang kulihat (ucapku dalam hati). Bang Arif berdiri dan membuka kaos oblongnya, badannya timggi besar dan kekar dan saat dia membuka bajunya aku lihat penisnya bergoyang-goyang, sangat besar dan panjang. Aku berpikir-pikir apa yang akan dia lakukan padaku selanjutnya, langsung aja aku berpikir kalo dia saat ini akan memperkosahku, akan menyakitiku, menodaiku. Tolong hentikan ini ya Allah...jangan biarkan dia memperkosahku, aku salah apa ya Allah...(doaku dalam hati), dan bang Arif juga membuka celana pendeknya juga celana dalamnya, bang Arif telanjang dihadapanku. Aku masih sempat berpikir untuk melarikan diri, aku gak boleh lemah, aku harus keluar dari kamar ini, aku gak mau dia memperkosahku.
Dengan cepat aku bergerak langsung berlari kearah pintu kamarku yang tertutup (tapi tidak terkunci), belum lagi aku sampai kepintu kamar tangan bang Arif dengan cepat menyambar tangan kiriku dan langsung memelukku dengan kuat dari belakang, "aku sudah bilang jangan coba-coba lari dan tidak turut perintah", ucapnya dengan suara geram tapi dia melepaskanku dari pelukannya dan tiba-tiba..."plak!!", satu tamparan keras kepipiku yang lansung buat aku terjatuh. "berdiri...", perintahnya, dan aku berdiri dengan menahan rasa sakit yang amat-amat sakit dipipiku, dan "cuih" langsung kuludahi mukanya (tapi tetap saja air ludahku tertahan dimulutku, karena aku memang gak berani melakukannya). "cepat buka bajumu...semua...!", perintahnya dengan seuara membentak. karena takut dan tak ingin dapat pukulan lagi aku turuti perintahnya, sambil menangis dan buka baju, kulihat jam dinding dikamarku...masih jam 2:45 sore. "Ibuu..ayah dimana kalian, cepatlah pulang...", tangisku dalam hati. "sini duduk..", perintahnya padaku dan aku nurut duduk ditepi kasurku sementara dia berdiri dihadapanku, dekat sekali dia berdiri dihadapanku, dan pemandangan yang ada didepanku adalah bahwa penisnya dekat sekali kewajahku.
Dipegangnya penisnya yang sangat besar itu sambil memerintahku harus menuruti apa saja yang dia bilang. Aku diminta lagi memegang penisnya, setelah kupegang dia memintaku untuk mencium dan menjilati penisnya yang sangat besar itu, dia katakan kalo dia yakin aku bakal menyukai penisnya. "dasar abang setan kau..." teriakku sangat kuat dalam hati. Saat kuturuti perintahnya mencium dan menjilat penisnya, dia belai-belai kepalaku dan mulutnya tidak berhenti ucapkan kata-kata yang menyakitkan hatiku, aku bukan pelacur dan bukan anak yang mengerti sex. Lalu dimintanya aku memasukkan penisnya kedalam mulutku, dia bilang aku harus melakukannya seperti cara orang makan ice cream, dia ajarkan kalo aku harus menyedot atau menghisap penisnya, kulakukan perintahnya tapi hatiku menolaknya. Aku sudah sangat hina telah melakukan dosa yang belum saatnya aku lakukan. Dia suruh aku agar memasukkan penisnya agak lebih dalam lagi kemulutku, tapi aku gak bisa lakukannya karena penisnya sangat besar dan gak muat kurasa dalam mulutku, jadi aku hanya bisa memasukkan sedikit ( mungkin hanya bagian kepala peninsnya saja yang muat dimulutku). Aku lakukan itu dengan tangisan dan air mataku terus menetes, tapi dia marah melihatku melakukan itu sambil menangis, diperintanhya aku agar menghentikan tangisku dan dia bilang kalo dia sayang padaku dan yakinkan aku kalo nanti aku bakalan suka dan menikmatinya.
"diemut sayang...sambil dinikmati, abang yakin kamu bakalan suka kalo kamu mau belajar menikmatinya, gak usah malu, abang gak marah kok, dan abang senang kalo kamu bisa menikmatinya", ucapnya dengan suara lembut sambil kedua telapak tangannya membelai kedua pipiku." yang kuat sayang isapnya, dihisap sayang...", pintanya padaku, " sambil dinikmati ya sayang...uugh...enaknya sayang...terus gitu sayang, terus diemut yang kencang jangan dilepas...". Dia pegang kepalaku dengan kedua tangannya, didorong dan ditekannya kepalaku kearah penisnya dan kurasakan penisnya semakin masuk hampir setengah dalam mulutku, tapi segera kurasakan mual dan mau muntah, karena dia memaksa penisnya masuk lebih dalam dimulutku, aku gak sanggup tapi tetap ditekannya kepalaku dan penisnya didorong masuk kedalam mulutku. Aku mual dan mau muntah, airludahku terasa banyak keluar membasahi mulutku, penisnya terlalu besar, walau hanya masuk sedikit tapi aku jadi susah bernapas dan terus merasa mau muntah karena mual. " ayo sayang...dimasukkan lebih dalam...", ucapnya dengan tetap memaksa penisnya didorong lebih dalam kemulutku, tapi tetap saja hanya bisa masuk sedikit."ough...", teriaknya pelan, "jangan kena giginya dong sayang, yang enak dong emutnya...", ucapannya makin buat aku sakit hati, menjijikkan sekali.
Sesaat kemudian dia melepaskan kepalaku dari tekanan kedua tangannya dan mencabut penisnya dari mulutku, lalu dia memerintahku untuk berbaring diatas kasurku dan dia duduk disebelahku. Saat itu yang ada dalam pikiranku adalah kalo aku akan diperkosah, tidak ada lagi harapan buatku untuk bisa menghindar dari nafsu buasnya. Aku hanya bisa terus berharap semoga ayah dan ibu cepat pulang dan semoga bang Dani atau orang lain ada yang datang kerumah dan dapat menghentikan semua ini. Lalu sesaat kemudian dia mulai beraksi, mulai meraba-raba setiap jengkal lekuk tubuhku (tapi posisinya masih tetap duduk disebelahku ). Tiada yang bisa kuperbuat selain pasrah pada apa yang diperbuatnya atas diriku, aku hanya bisa merasakan setiap sentuhan tangannya dipahaku, sentuhan tangannya didadaku juga pada benda kehormatanku sebagai gadis perawan umur 13 tahun. Setiap sentuhannya membuatku risih dan sedikit membuatku merinding, apalagi dia melakukan itu dengan wajah tersenyum semakin membuatku merasa benci pada abang tiriku yang sudah penuh nafsu. Aku semakin takut kala dia mulai melebarkan pahaku, dia buka lebar sehingga dia bisa dengan jelas lihat vagina perawanku, bang Arif benar-benar sudah dirasuki setan pikirannya sehingga dia gak peduli sama sekali kalo tubuh yang sedang dia nikmati adalah tubuh seorang gadis perawan umur 13 tahun, adik tirinya sendiri.
Vaginaku dielus-elusnya dan kulihat dia sedang dalam posisi jongkok diantara selangkangan kedua pahaku, vaginaku dipertontonkan hanya demi nafsunya, saat dia merapatkan wajahnya kevaginaku, aku rasakan dan aku tau kalo dia sedang menjilati vaginaku, "ough.." aku mendesah kegelian tapi sungguh aku tidak menyukainya dan aku jijik dengan semua ini. Dia seperti mempermainkan lidahnya atas vaginaku dan itu membuatku gak tahan sampai-sampai aku menggeliat menahan geli. Wajahnya sekali-sekali dia benamkan diatas vaginaku dan tanpa kusadari kedua pahaku mengapit wajah dan kepalanya karena geli yang tak tertahankan. Dia lakukan tanpa ada berbicara, tidak begitu lama kemudian dia menghentikan jilatannya dari vaginaku. Lalu abang tiriku itu merapatkan kembali kedua pahaku dan dia maju mengangkangi tubuhku dan mengarahkan penisnya kewajahku. Aku tau apa yang akan dia perbuat karena sedetik kemudian dia menyodorkan penisnya sangat dekat kemulutku, saat itu aku hanya berpikir pasrah dan harus menuruti kemauannya, karena kalau pun aku melawan gak ada lagi artinya. "buka mulutnya sayang...abang pengen rasakan kontol abang dalam mulutmu...ayo sayang, abang tau kamu pasti mulai suka lihat kontol abang..", ucapnya sambil menjulurkan penisnya ( yang saat itu sesungguhnya ada perasaan kagum waktu aku melihat penis abang tiriku sendiri ), penisnya menyentuh bibirku yang sengaja kututup rapat agar tidak masuk kedalam mulutku. Tercium aroma yang belum pernah kubayangkan dari penisnya itu.
Mengapa mataku seakan gak bisa lepas menatap penisnya, saat ini aku begitu terpsona melihatnya, aku mencoba untuk membenci apa yang kulihat dihadapanku yang kini sedang menyentuh bibirku yang tertutup. Benarkah aku menyukai apa yang kulihat, apakah aku salah kalo aku juga kagum melihatnya...bhatinku tidak meminta melihatnya tapi mengapa ada perasaan lain dalam hatiku saat menatapnya dan mersakannya menyentuh bibirku. Tiba-tiba lamunanku terhenti saat bang Arif berbicara mengejutkanku, kulihat sorotan matanya tajam menatapku, dan aku tau itu pertanda bahwa bang Arif sedang marah ,"abang gak mau paksa kamu buka mulut, tapi abang akan tetap menunggu sampai adek membuka mulut sendiri...". Aku bingung karena kupikir sampai kapan posisinya begini berada diatas tubuhku dengan kedua pahanya mengapit wajahku, dan penisnya menegang sangat besar menyentuh mulutku. Didorong-dorongnya penisnya pelan mencoba menerobos membuka bibirku, tapi aku tetap gak mau buka mulut, dan matanya tetap menatap tajam padaku. Aku tau kalo aku gak mungkin tidak menurutinya, bakalan terjadi hal yang bisa menyakitkanku nantinya. Maka kucoba menuruti membuka mulutku, (karena aku juga gak ngerti mengapa ada persaan suka melihat penisnya, mersakan apitan pahanya diwajahku dan memandang tubuhnya yang kekar tanpa pakaian ), bulu pahanya terasa dikedua pipiku, tapi aku gak mau bang Arif tau kalo aku merasa kagum padanya saat itu. Segera kubuka mulutku dan dia makin menekan penisnya mencoba masuk kedalam melutku, ditekannya makin dalam dan memerintahku untuk mengulumnya, menghisapnya, aku kewalahan karena dia menekan lebih dalam, tapi aku gak bisa menelan penisnya lebih dalam karena ukuran penis bang Arif sangatlah besar, aku hanya bisa mengulum bagian kepalanya saja, dan aku lihat bang Arif menutup matanya menikmati emutanku pada penisnya, dan sekali-sekali dia mendesah panjang pertanda sangat menikmatinya. Dalam hati aku sempat bertanya mengapa ada perasaan suka padaku saat melihatnya dan tau kalo dia sedang menikmati tiap hisapan mulutku, dan mengapa rasa takutku mulai pudar...dan mengapa aku tidak berhenti mengulum penisnya, apakah aku mulai menyukai permainan ini...ada banyak tanya dihatiku sementara mulutku terus mengulum penis abangku dan dia pun mulai menggerak-gerakkan penisnya keluar masuk dimulutku, dan makin lama gerakannya makin cepat dan kuat menekan masuk sebanyak yang dia inginkan bisa masuk. Aku tak hentinya merasa mual sewaktu penisnya didorong kuat menembus lebih dalam kerongkonganku, sekali-sekali dicabutnya penisnya dari mulutku dan biarkan aku coba bernapas lega dan mulutku banyak mengeluarkan air ludah. Diujung penis abang tiriku, dapat kulihat ada cairan kilat dan sedikit menetes keluar dari mulut penisnya, dan saat dia mendorong penisnya masuk lagi dalam mulutku aku rasakan cairan diujung mulut penisnya itu terasa sedikit asin, tapi aku terus mengulum penisnya lagi.
Rasa suka mengulum penisnya mulai kusadari, rasa suka dan kagum pada tubuh kekar bang Arif juga mulai datang dalam hatiku, aku merasa sedikit tidak terpaksa lagi melakukannya. Lama sekali rasanya aku diminta melakukan itu, hingga sepuluh menit kemudian penisnya dicabut dari mulutku dan bang Arif pindah posisi kembali membuka kedua pahaku lebar-lebar dan dia dalam posisi berbersimpuh diantara selangkangan pahaku. Sambil mengatakan kalo aku gak perlu takut dan dia akan memberi kenikmatan padaku, dia juga bilang kalo dia sangat sayang padaku dan segera diletakkannya penisnya persisi dibibir vaginaku. Digerak-gerakkannya penisnya seperti mengelus-elus bibir vaginaku, dan aku tetap memperhatikan setiap aksinya dalam keadaan rasa takut, tiba-tiba rasa takut dan cemas muncul dipikiranku, karena aku tau kalo dia bakalan memasukkan penisnya sangat besar dan sedang menegang itu kedalam vaginaku. Aku menyadari rasa cemasku karena aku belum siap melakukan itu, aku masih terlalu belia, aku adalah gadis perawan umur 13 tahun dan vaginaku gak mungkin mampu menerima penis abangku yang memang kusadari sangatlah besar. Mungkin perempuan dewasa pun akan merasakan sakit yang sangat kalo vaginanya dimasuki oleh penis bang Arif yang ukuran super besar itu, sesuai dengan postur tubuhnya yang tinggi besar dan tegap.
"abang sayang sama adek...adek sayang kan sama abang...adek maukan muasin abang, abang janji gak bakalan nyakitin adek, tapi adek juga janji ya jangan ceritakan pada siapapun...ini rahasia kita berdua...", saat dia mengatakan itu aku gak menjawabapapun selalin rasa takut terus menghantui pikiranku. "adek takut bang..adek gak bisa...", suara serak dan airmataku menetes lagi untuk kesekian kalinya, aku juga masih berharap kalo bang Arif gak usah melakukannya, berharap kasihan padaku dan menghentikannya.
"Mulanya aja nanti sakit, abis itu gak apa-apa kok..asalkan adek nurut aja dan mau belajar menikmatinya...abang yakin adek akan merasa nikmat juga...", ucapnya sangat lembut tapi gak mampu mengobati rasa takutku. Aku gak bisa bayangkan gimana rasa sakitnya nanti kalo penisnya yang sangat besar sebesar mirip pisang raja itu gedenya. "adeek...abang masukin ya...", dia memohon lembut dengan wajah memohon, aku gak jawab dan segera kurasakan kalo bang Arif mulai menekan penisnya mencoba menerobos vagina perawanku yang saat itu juga belum ditumbuhi bulu. Penisnya yang gede itu menusuk-nusuk dikit-dikit dan agak pelan, sungguh aku amat takut menanti apa yang akan terjadi, lalu bang Arif kulihat meludahi tangannya dan ludahnya dioleskannya kebagian kepala penisnya. Aku gak tau apa tujuan dia melakukan itu, aku gak ngerti sama sekali, bahkan dia juga mengoleskan ludahnya kevaginaku.
Saat vaginaku selesai diolesi dengan air ludahnya, dia langsung meletakkan penisnya kevaginaku, dan mulai menekannya, menusuknya dikit dikit, aku merasakan penisnya mulai masuk sedikit dan ditekannya lagi, lagi dan lagi, tapi tak juga berhasil menmbus lobang vaginaku. Sepertinya bang Arif sadar kalo vaginaku terlalu kecil untuk dimasuki penisya yang sangat besar. Dan dia menindihku, menciumi leherku, telingaku, dan seluruh wajahku. Terakhir dia menjilati payudaraku yang saat itu belum tumbuh normal layaknya gadis remaja. Payudaraku masih mulai berbentuk tapi belum sempurna. Jilatan lidahnya dibagian payudaraku membuatku merasa nyaman, membuatku merasa seperti mengalami suatu yang belum kurasakan seumur hidupku, aku merasa suka dengan apa yang sedang dilakukan bang Arif abang tiriku. Aku menggeliat dan kepalaku seperti meronta-ronta menggeliat kekanan dan kekiri menahan suatu rasa yang sangat membuatku nyaman dan menyukainya. Dia terus menjilati bagian pentil payudaraku yang mulai belum tumbuh sempurna berwarna kemerahan. Aku pegang kepala bang Arif berusaha menjauhkannya dari tubuhku, karena aku gak tahan merasakan geli dan rangsangan yang mulai datang dalam diriku. Tapi dia berusaha terus menjilati bagian sensitif payudaraku yang membuatku semakin terangsang dan sepertinya aku sangat menyukai aksinya. Tiap jilatannya membuat rasa nikmat, membuatku semakin pasrah dan membiarkannya meneruskannya. "adek suka kan..?", tanyanya saat aku merasakan nikmat sampai menutup mataku karena gak tahan menikmatinya. "sekarang abang masukin ya...abang sudah gak tahan ingin rasakan vagina adek, abang sangat menyukaimu dek, adek maukan ngentot sama abang", bisiknya pelan ketelingaku dan aku diam saja. Lau dia ganti posisi seperti semula melebarkan lagi kedua pahaku dan dia seperti bersimpuh dengan kedua lututnya juga agak dilebarkannya diantara selangkanganku.
"tahan ya sayang...gpp kok", ucapnya setelah melumuri vaginaku dengan air ludahnya.
Dan penisnya ditekan-tekan manusuk lobang vaginaku, terasa amat sakit karena saat itu penisnya berhasil didorong menembus dikit kedalam vaginaku. Sekali lagi ditekannya kuat dan langsung kuarasakan kalo bagian kepala penisnya seakan sudah masuk semua kedalam vaginaku, aku menjerit, "aduuuh bang...saliiit...uuuh..", rintihku karena gak tahan menahan sakit. Tapi bang Arif gak peduli dengan rintihanku, dia malah menusukkan penisnya lebih kuat lagi menekan masuk kevaginaku, dan aku rasakan vaginaku seperti robek seakan ada yang koyak pada bagian lobang vaginaku. Aku langsung menjerit sangat kuat karena gak tahan, lalu bang Arif menjatuhkan badannya diatas tubuhku dengan tetap membiarkan peninsya ada dalam vaginaku. Diciuminya bibirku dan dilumatnya mulutku hingga suara jeritanku tak terdengar lagi karena mulutnya menutupi mulutku dan disedot-sedotnya mulutku. Sementara badanku menjadi menegang kaku menahan sakit dan perih dibagian vaginaku, atau mugnkin juga aku semakin takut karena rasanya robekan dalam vaginaku mengeluarkan darah dari dalamnya.
"gak apa-apa sayang baru masuk dikit kok, sakitnya cuma bentar...", ucapnya sambil mendorongkan penisnya dengan gerakan tiba-tiba ditekannya sangat kuat sekali...hingga kurasakan penisnya masuk lebih dalam lagi ( mungkin sebagian dari penisnya sudah masuk tertelan kedalam vaginaku yang sangat sempit dan kecil).
"aduuh yaaang...enaknyaaaa....sempit banget yaaang...", ucapnya saat itu, tapi dia gak menekan penisnya lagi dan berhenti menusuk vaginaku, sementara tubuhku semakin kaku dan kedua tanganku berusaha mendorong badannya yang sangat besar dan berat. Tapi tenagaku gak mampu mendorong badannya sedikitpun.
"ampun baang...sakiiit...aduuuuh...uuuuh...", rintihku terus menerus saat kurasakan darah perawanku mengalir keluar pada bagian bibir vaginaku...".
"ditahan ya sayang...ditahan...", ucapnya sambil menciumi keningku.
Ada lebih satu menit penisnya diam dalam vaginaku, lalu beberapa detik kemudian aku rasakan penisnya meulai menusuk-nusuk dan badan bang Arif mulai bergerak naik maju mundur menindihku. Gerakannya semakin membuatku merasakan perih yang teramat perih, keparawananku telah direnggut bang Arif ( abang tiriku sendiri ).
Semakin lama gerakan badannya semakin cepat dan tusukan penisnya semakin kuat menerobos masuk lebih dalam seakan merobek-robek lobang vaginaku, rasanya rongga vaginaku kaku dan terasa penuh menjepit penisnya. Dan sungguh aku benar-benar gak sanggup menahan perih. Dan aku sampai gak sadarkan diri saat itu, aku gak tau apa yang terjadi selanjutnya. Aku terbangun dari sadar saat kurasakan ada bibirku. Da aku mendengar suarabang Arif berkata, "sudah bangun sayang...makasih ya sayang...abang sangat puas, dan abang juga tau kalo kamu tadi menikmatinya". Saat itu aku lihat dia sudah memakai celananya dengan telanjang dada, dengan posisi duduk disebelahku mendekatkan wajahnya kewajahku. Sementara tubuhku masih dalam kedaan telanjang. Segera dia menyuruhku memakai baju kembali, tapi pada saat aku akan bergerak bangun dan melangkah, aku langsung menrintih, karena rasa sakit yang sangat perih dibagian selangkanganku. Bang Arif membantuku memakaikan bajuku sampai selesai, dan dia juga menasehati agar aku jangan banyak bergerak dulu, dan membawakanku segelas air putih.
Rasa sedihku berkurang karena melihat perubahan yang terjadi pada abang tiriku, perubahan yang membuatku hampir tidak bisa mempercayai apa yang dilakukannya, baik sekali (ucapku dalam hati ). Saat itu juga dia memintaku agar kejadian ini harus dirahasiakan pada siapapun juga, tidak boleh ada yang tau selain kami berdua (pintanya padaku). Dan aku juga berusaha untuk merahasiakan ini, karena aku gak mau ada orang yang tau kalo aku sudah tidak perawan lagi, aku sangat malu kalo itu akan terjadi, dan disamping itu juga aku gak mau kalo bang Arif sampai menyakitiku seperti yang dia ucapkan padaku barusan. Dia bilang kalo aku bicara atau mengadukan ini pada siapapun, dia gak akan tinggal diam dan akan membunuhku, dan akan membunuh ibuku juga.
Setelah kejadian itu aku menjadi sering melamun dan sering berlama-lama seorang diri didalam kamar. Dalam 3 hari ingatanku selalu terbayang akan apa yang telah dilakukan abang tiriku padaku, aku sudah tidak suci lagi, aku sudah kotor dan sudah melakukan dosa. Oh ibu...betapa malang nasib putrimu, betapa hancur hatimu kalo tau bahwa putrimu yang cantik sudah tidak perawan lagi. Aku juga mearsakan perubahan pada diri bang Arif terhadapku, tatapan mata selalu sinis dan tajam seakan mengingatkanku agar aku tetap merahasiakan perbuatanya yang telah menyetubuhiku, adik tirinya sendiri. Tapi perbuatanya semakin menunjukkan perhatian padaku, bahkan sering membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.
Seminggu setelah kejadian itu, pada hari sabtu malam minggu, tepatnya jam 2 pagi, aku tersentak bangun dari tidurku, karena merasa ada seperti menjamah tubuhku . Dan aku sangat terkejut melihat bang Arif ada didalam kamarku sedang duduk disebelahku dengan hanya memakai celana dalam berwarna putih. Dan dia saat itu sedang meraba-raba vaginaku. tangannya juga sudah berada dalam celana dalamku dengan jari-jarinya bermain menyentuh vaginaku. Dan tangannya yang satu lagi membelai kepalaku dan mulutnya menciumi bibirku. Aku gak berani bersuara karena dia memberi isyarat agar aku diam dan turut padanya. Aku gak berani melawan karena aku sadar akan resiko yang akan terjadi padaku nanti, aku sangat menakutinya. Dia menyuruhku untuk membuka seluruh pakain yang kupakai, dan gak ada yang bisa kulakukan selain menuruti perintahnya. Rasa takutku datang lagi dan semakin takut saat kubayangkan dia memaksaku bersetubuh dengannya seminggu lalu, aku semakin takut membayangkan rasa sakit yang sangat menyiksaku saat penisnya dimasukkan kedalam vaginaku, aku takut membayangkan itu akan terulang lagi malam ini. Dan memang akan terulang lagi karena dia sudah ada didalam kamarku dan bahkan aku sudah selesai membuka seluruh pakaianku hingga aku bugil, seolah menjadi tontonan asik bagi abang tiriku yang sudah dipenuhi nafsu akan memperkosah ku lagi malam ini. Bang Arif tidur telentang dikasurku dengan hanya memakai celana dalam dan aku disuruh duduk disampingnya. Lalu aku diminta untuk membuka celana dalamnya, aku ragu dan takut, aku merasa hina, (sedangkan dia seolah seorang raja yang harus dituruti keinginannya).
Walau sesungguhnya ada merasa benci dan pilu didasar lubuk hatiku, namun aku juga ada merasa kangen ingin melihat penisnya lagi ( aku bukan munafik, tetapi sesungguhnya aku juga tidak menginginkan ini terjadi ). "ayo sayang dibuka...adek pasti kangenkan sama kontol abang, adek pasti ingin...ingin menjilati kontol abang yang gede, ayo cepat sayang...", ucapnya, tapi aku gak mau melihat wajahnya dan "puihh...", aku ludahi perutnya (tapi air ludahku masih tertahan dalam mulutku, karena aku memang gak berani meludahinya ). Gak mau melihat dia marah, aku segera menyentuh benda kebanggaan para lelaki itu. Kucoba buka celana dalamnya yang berwarna putih itu, lalu kuturunkan sebatas pahanya, jantungku deg-deg ser saat membukanya, benci tapi kangen ingin melihatnya lagi. Begitu kuturunkan celana dalamnya, langsung menyembul keluar penisnya sangat besar itu, masih setengah menegang tapi sudah cukup besar. Dan kulihat abang tiriku tersenyum (seolah dia sangat bangga mempertunjukkan kemaluannya padaku ).
"hemm...adek pasti kangen ya...?", dia seperti mengejekku, sumpah aku benci sekali mendengar perkataannya. "kenapa sih abang tega pada adek melakukan ini...adek masih anak-anak bang...", ucapku padanya sambil menggenggam penisnya yang setengah menegang itu. "karena abang sayang adek, dan abang tau adek juga suka kan..?", tanyanya dengan santai sekali. "mulai sekarang kontol abang milik adek...terserah adek mau apakan sesuka adek...abang senang kok...", ya Allah sadarkah dia kalo aku belumlah pantas untuk melakukan ini. Kubelai penisnya, dan kujilat mulut penisnya, lalu kucoba masukkan kepala penisnya kedalam mulutku. Saat aku kulum penisnya, kepalaku dibelai-belainya, dan mulutnya banyak mengeluarkan kata-kata yang membuatku sangat terhina ( tapi kata-kata yang diucapkannya juga membuatku sedikit terangsang ).
" ough...enaknya sayang...lagi sayang, yang kuat isapnya, yang enak sayang...duuuh enaknya ", mulutnya meracau sambil membelai-belai kepalaku.
"aduuh...enaknya...dimasukan lebih dalam lagi sayang...yang dalam sayang...ough...".
Aku terus mengemut bagian kepala penisnya dan tangan kananku menggenggam sebagian batang penisnya yang sangat lebar, aku mearasa suka juga (walau ada perasaan benci ). Kuhisap lalu kukeluarkan dari mulutku, kuhisap lalu kekukeluarkan lagi dari mulutku dan kulakukan begitu berulang-ulang sambil mendengar mulutnya terus mengucapkan kata-kata tanda menikmati.
Saat kukulum dan mencoba menyukai penisnya, bisa aku rasakan kalo penisnya semakin memanjang dan semakin mengeras. Kulepaskan dari mulutku dan kupandang penis itu yang kini sudah sempurna menegang sangat besar berdiri mengarah kepusarnya. Abang tiriku memiliki penis yang sangat besar, diusiaku yang 13 tahun aku sudah bisa terangsang melihat penis abangku, yang menurutku sangatlah bagus, sempurna dengan badannya yang juga tinggi besar dan tegap. Aku menyukai bulu-bulu yang tumbuh diperut abang tiriku, aku menyukai bulu-bulu yag tumbuh dipaha abang tiriku, dan aku juga suka melihat bulu-bulu disekitar pangkal penisnya yang aku lihat tumbuh sangat lebat. Saat mengulum penisnya aku juga sempat berpikir, apakah pikiranku wajar?, apakah semua perempuan bila melihat ini akan merasa suka?, apakah aku salah kalo ada perasaan suka dihatiku melihat penisnya (karena umurku hanya baru menjalani 13 tahun ).
Lalu dia (abang tiriku ) mengajarkanku untuk membuatnya senang. Dia memintaku untuk menjilati buah pelirnya yang bagiku sangat asing, dia juga memintaku menjilati perutnya yang berbulu. Setelah lebih dari 5 menit aku diminta mengulum penisnya, aku disuruhnya menindih tubuh tegapnya, dan langsung mulutku dilumatnya sangat kuat sampai aku susah bernapas. Dipelukknya tubuhku dengan kedua tangannya sangat kuat sekali sambil menyedot mulutku (wajah kami saat itu sampai menempel dibuatnya ). Dan aku merasakan kalo penisnya kini mulai menyentuh selangkangan pahaku dari bawah. Ya Allah...mengapa aku menyukai ciuman abang tiriku dimulutku saat ini, mengapa aku menyukai tangannya menjamah -jamah badanku, menjamah pantantku, menjamah pahaku dan menjamah vaginaku, sungguh tangannya gak berhenti menjamah tubuhku saat aku menindihnya dan mulutnya juga terus melumat mulutku. Aku merasa suka dan nyaman dipelukan abangku yang sangat kubenci itu. Lalu kurasakan jari-jarinya bermain disekitar bibir vaginaku membuatku semakin terangsang, aku merasa suka dengan sentuhan jarinya disekitar vaginaku saat aku berada diatas tubuh tegapnya. Aku sungguh merasakan pengalaman yang belum pernah kubayangkan seumur hidupku, berada dalam pelukan laki-laki dewasa yang dalam keadaan sama-sama telanjang malam itu. Aku tidak menyukai bang Arif tapi aku benar-benar terangsang dibuatnya. Namun walau aku sudah terangsang saat itu, dalam pikiranku masih juga ada perasaan takut, aku takut membayangkan kalo vaginku yang kecil dan sempit itu dimasuki penis yang sangat besar itu lagi, aku terangsang tapi aku tetap aja gak suka kalo penisnya akan dimasukkan kevaginaku...aku belum siap untuk itu. Aku sangat takut jika membayangkan itu.
Bang Arif mengolesi vaginaku dengan air ludahnya...lalu mencoba menusuk vaginaku dari bawah (karena saat itu dia tetap menuntunku agar aku tetap menindihnya dan tetap saling berciuman ), Didorongnya penis dari bawah mencoba masuk kevaginaku, digerak-gerakkan nya tubuhnya untuk menekan vaginaku dengan penisnya. "bang adek takut...jangan dimasukin bang...", pintaku dengan suara pelan memohon padanya karena aku memang takut dimasuki. "gap apa sayang...nanti enak kok, abang masukinya pelan-pelan sayang...mau ya...?", bisiknya pelan dan lembut ketelingaku sambil menjilati telingaku (dan membuatku merinding karena telingaku dijilatinya dan aku suka ). "takut bang...", aku mulai merintih saat kurasakan kalo kepala penisnya mulai menusuk dikit mencoba masuk kevaginaku. Dan segera saja badanku mulai kaku dan menegang akibat takut kalo penisnya mulai masuk sedikit. Bang Arif terus mencoba berulang-ulang menembus vaginaku dengan penisnya dar bawah, tapi tetap saja hanya bisa masuk sedikit dan selalu gagal untuk menembus lebih dalam. Mungkin karena vaginaku memang taidak sebanding dengan ukuran penisnya yang sangat besar itu. Berulang-ulang gagal, lalu bang dia membalikkan badanku hingga aku menjadi dibawah dan dia yang berada ditubuhku, dijilatinya seluruh bagian atas tubuhku yang putuih mulus, dia jilat-jilat bagian payudaraku dan bagian penitilnya, lalu bagian perutku dan akhirnya turun kebagian vaginaku, dan setiap jilatannya membuat badanku menggelinjang menggeliat-geliat karena kegelian (namun tetap saja ada perasaan takut dalam hatiku ).
Puas menjilati vagina kecilku yang belum ditumbuhi bulu, dia mencoba melumuri penisnya dengan air ludahnya sendiri, dan itu membuatku semakin takut. "jangan bang...adek gak mau...adek gak bisa jangan...", aku merengek pelan memohon padanya, "sudah gak usah bersuara, nanti kedengeran ayah dan ibumu", "bang adek takuut...", aku memohon padanya agar jangan sampai dimasukkan. Tapi bang Arif gak peduli dan memerintahku jangan sampai bersuara dan harus menuruti kemauannya. Dalam posisi seperti bersimpuh diantara selangkangan pahaku yang sudah dibukanya lebar-lebar, dia mencoba memasukkan sedikit demi sedikit penisnya yang sangat besar itu kedalam vaginaku yang masih kecil berwarna kemerahan. Sekali tekanan yang sangat kuat membuatku terkejut dan hampir menjerit karena menahan sakit, tapi aku tidak berani bersuara karena dia melarangku bersuara. Aku bisa rasakan kalo semua bagian kepala penisnya sudah masuk kevaginaku, dan rasanya seperti koyak lagi bibir vaginaku, dan dia terus mencoba menekan menusuk sekit demi sedikit hingga hampair setengah dari batang kemaluannya sudah masuk menerobos vagina kecilku. Aku menangis menahan perih (tapi aku gak berani bersuara ), lalu dia menindihku dengan tetap menancapkan penisnya yang sudah masuk hampir setengah dari panjang penisnya. Lalu kedua tangannya memegang kedua pipiku dan mulutku diciuminya seperti menyedot mulutku, dan pada saat itu dia juga mulai menggerak-gerakkan pinggangnya nai turun sehingga penisnya terus bergerak naik turun menusuk-nusuk ruang vaginaku yang sangat sempit.
"uuuh...ampuuuun, sakit bang...aduuuh...uuuuuh....", aku merintih tak henti menahan perih yang sangat perih, tapi dia tetap gak peduli dengan terus menekan-nekan penisnya kevaginaku dan aku dilarang jangan sampai bersuara keras, karena takut bakalan kedengaran ayah dan ibu. "ditahan ya sayang...abang gak masukkan kontol abang semua kok, abang cuma masukkan setengah...ouugh...", ucapan abangku gak ada artinya, tetap saja aku menahan perih yang sangat sakit. Dan dia tetap menusuk menekan-nekan penisnya yang kuraskan semakin lama gerakannya semakin kuat-kuat, dan aku semakin tersiksa menahan sakit.
" aaagh...ampuuun bang...ampuuuun, sakit kali bang...uuuuh....uuuuh....", dia gak peduli dengan sakit yang kurasakan, dan dia melumat mulutku hingga aku gak bisa lagi mengeluarkan suara. "jangan bersuara...nanti kedengaran ayah...nikmati saja sayang...dinikmati enaknya, ouugh...". "sakiit bang...udalah baaaang...aduuuuh....", rintihku sangat pelan ketelinganya dan linangan air mataku terus mengalir karena sakit yang kuderita "aduuh enaknya deek...du deeek enaknyaaaa, enak kali ngentoti vaginamu deeek...duuuh enaknya..duuuh sempitnyaaa...ouugh...". abangku gak henti ucapkan kata-kata kotor sambil tarus menekan penisnya yang semakin lama gerakannya semakin kuat dan cepat. Sementara aku terus minta ampun memohon padanya agar dihentikan karena sangat tersiksa menahn sakit.
Lama sekali aku harus menahan sakit, tapi malam itu aku tidak sampai pingsan . Dan kulihat abang tiriku sangat menikmatinya. Penisnya memang setengah dimasukkan kevaginaku tapi aku tetap saja gak tahan karena sakit, aku merasa vaginaku sperti dirobek-robek saat dia terus mengerak-gerakkan badabnya naik turun menekan-nekan lobang vaginaku. Tubuhnya yang kekar penuh dengan keringat saat iu dan terus menikmati vaginaku gak henti-hentinya menekan. Hingga lebih dari 20 menit dia tidak lagi menekan dan berhenti menggerakkan badannya, tapi diwaktu terakhir dia menggerakkan badannya, aku rasakan badannya bergerak sangat cepat sekali menekan-nekan dan desahan napasnya sangat menggebu. Pada saat itu aku hampir pingsan karena sakit yang kurasa akibat gerakannya sangat kuat-kuat dan sangat cepat, dan terakhir diremasnya sangat kuat kepalaku dengan kedua tangannya, dan kurasakan badannya kaku sementara penisnya tetap dibenamkan didalam vaginaku. Yang kurasakan saat itu, sepertinya dia mengeluarkan cairan dari penisnya yang terasa hangat dalam vaginaku, dan mungkin itulah yang dinamakan sperma. Dia tumpahkan seluruh cairan spermanya didalm vaginaku, aku merasakannya, dan terasa lain bagiku, karena itu pengalaman pertama bagiku disetubuhi dengan siraman sperma dalam vaginaku.
"enaknya sayang, abang puas banget, kamu hebat sayang...bisa buat abang puas...abang sayang banget sama kamu...muuuach", ucapnya terakhir kali saat spermanya berhenti mengeluarkan cairan dalam vaginaku. Pada saat itu posisinya masih tetap menindihku dan penisnya masih tetap berada dalam vaginaku. Dia terus menciumi wajahku, dan aku lega karena penderitaanku selesai. Badanku juga penuh dengan keringat saat itu.
Lalu dia mencabut penisnya dari vaginaku dan pada saat itu aku merasa kesakitan saat dia mencabut tiba-tiba penisnya dari vaginaku. Lalu dia merebah tidur telentang disebelahku, aku lihat dia memejamkan matanya, dan aku segera membenahi diriku dan aku bergerak hendak kekamar mandi dengan memakai handuk, tapi aku tidak bisa bergerak dengan cepat karena perih yang kurasakan disekitar selangkanganku. Selesai membersihkan diri dari kamar mandi aku masuk kamar dan kulihat bang Arif masi tidur telentang diatas kasurku dengan keadaan bugil. Aku masih dapat melihat sisa-sisa sperma yang ada diujung mulut penisnya yang mulai mengering. Ada rasa kagum dihatiku saat melihat abang tiriku sendiri tidur dalam keadaan telanjang, kagum dengan tubuhnya, dengan wajahnya yang tampan dan juga ada rasa suka melihat penisnya. Setelah kupakai baju tidurku yang berwarna pink, aku tidak langsung membangunkan abangku supaya segera pindah kekamarnya (takut kalo nati ketahuan ayah atau ibuku, atau juga bang Dani yang satu kamar dengan bang Arif ).
Aku masih tetap duduk disampingnya menatap kearah tubuh abangku yang sangat kubenci tu (karena telah merenggut paksa perawanku ). Kupandangi wajahnya, tampan tapi hatimu jahat (ucapku dalam hati ), kupandang dadanya yang bidang, lalu kupandangi perutnya yang berbulu, ada rasa kagum aku melihatnya. Lalu kupandangi penisnya yang sudah melemas tapi tetap saja ukurannya sangat besar. Lama aku menatap penisnya yang sangat besar itu, aku suka melihatnya walau kusadar penisnya itu telah mengoyak-ngoyak perawanku. "ya Allah terlalu cepat diriku mengetahui semua ini..", bisikku dalam hati. Dan ntah kenapa ada rasa ingin menyentuhnya, ada rasa tetarik untuk memgangnya lagi. Kulihat kearah wajah bang Arif yang sudah benar-benar tidur. Lalu kuberanikan untuk memegang penisnya sekali lagi, dan setelah itu kubangunkan dia supaya segera pindah kekamarnya. Bang Arif terbangun dan segera memakai celana dalamnya dan pergi keluar kamarku. Tapi sebelum meninggalkanku dia juga sempat mengancamku agar aku tidak buka mukut pada siapapun dan ini hanya rahasia kami berdua. Dan juga bilang padaku bahwa dia akan tetap melakukan ini padaku dan aku harus nurut padanya.
Setelah kejadian ke-2 ini, seminggu sekali aku tetap diminta abang tiriku untuk memuaskan nafsunya. Dan selama sebulan aku harus melayani nafsunya seminggu sekali. Namun penderitaanku bertambah, karena setelah sebulan dia malah minta dilayani seminggu 2 kali, dan dia selalu masuk kamarku dimalam hari kala semua yang ada dirumah sudah tertidur. Tidak cukup seminggu 2 kali, ternyata dia hanya lakukan itu selama sebulan, karena bulan ke 3 dia malah jadi ketagihan, memintaku melayaninya seminggu 3 kali. Tidak ada yang bisa menolongku dan aku takut berbicara pada siapapun karena ia selalu mengancam. Abang tiriku benar-benar telah menjadikanku untuk menjadi pemuas nafsunya, dia telah menjadikan adik tirinya untuk memuaskan nafsunya, tanpa penduli betapa menderitanya aku.
Dan ternyata Tuhan menolongku dan mendengarkan doaku. Setelah 3 bulan dijadikan pemuas nafsu abang tiriku, keluargaku dapat kabar baik kalo bang Arif ada panggilan kerja ke Pekan Baru sebagai tenaga mekanik disebuah perusahaan. Karena sudah lama menganggur akhirnya ayah merundingkannya dengan bang Arif, dan ternyata bang Arif tidak keberatan dan menerima tawaran kerja untuk ke Pekan Baru. Betapa senangnya hatiku (karena penderitaanku akan berakhir dan aku terbebas dari bang Arif ). Artinya aku tidak lagi dijadikan pemuas nafsunya, dan tidak ada lagi yang menyakitiku.
Tiga hari setelah mendengar kabar itu, akhirnya keluargaku akan segera memberangkatkan bang Arif. dan semua perbekalan yang diperlukannya sudah dipersiapkan. Dan sore itu jam 5, detik-detik akan memberangkatkan bang Arif, karena dia akan berangkat malam dari Medan ke Pekan Baru, pada saat itu ayah dan ibu berada didepan rumah dan bang dani sedang mandi. Aku yang pada saat itu berada dalam kamarku dibuat terkejut oleh kehadiran bang Arif dikamarku, saat itu dia langsung menciumiku dengan penuh nafsu. Dan aku tau kalo aku harus menurutinya karena memang dia tidak bisa ditolak keinginannya. Puas menciumiku, lalu dia membuka seleting celananya dan menyuruhku duduk diatas tempat tidurku. Dia memintaku untuk memuaskan nafsunya yang terakhir kali dengan melakukan bahwa aku harus mengulum penisnya. Pada saat beberapa menit aku mengulum penisnya ( posisi abangku saat itu berdiri sementara aku duduk ditempat tidur ), tiba-tiba kami dikejutkan suara ayah dari ruang tamu dengan memanggil nama bang Arif, ayah mengatakan kalo taxi yang menjemputnya keterminal sudah datang. Bang Arif lupa menutup pintu kamarku, walau saat itu tidak terbuka lebar. Kami langsung bergegas diri agar tidak sampai ketahuan ayah, dan ternyata waktu bang Arif membenahi seleting celananya, ayah sudah membuka pintu kamarku dan langsung menatap kami berdua, yang saat itu posisiku sudah berdiri, dan bang Arif juga hampir selesai menutup seleting celananya.
"Arif...cepat bersiap-siap, taxi sudah datang...", ucap ayah yang sedang berdiri dipintu kamarku, tapi dia berbicara dengan tatapan seperti menaruh curiga. Segera bang Arif keluar kamarku sambil bilang "iya ayah, aku sudah siap kok, aku tadi cari charger Hp, rupanya ada sama Rani", ucapnya bohong pada ayah. Lalu ayah mengikuti bang Arif keluar menemuai supir taxi. Tapi sebelum ayah melangkah mengikuti bang arif, dia menatapku agak aneh, tapi aku senyum menanggapi tatapan ayah.
(bersambung ke bagian 2)
Langganan:
Postingan (Atom)