Halaman

Translate

Rabu, 21 Agustus 2013

Dijadikan Pemuas Nafsu ( bagian 2 )


   
         Aku kini merasa lega dan hidup terbebas dari perbuatan bejat abang tiriku. Kepergiannya membuatku lebih tenang. Tapi didalam hatiku kenangan pahit yang kualami selama 3 bulan atas perbuatannya seakan tak pernah hilang dari ingatanku. Semua kenangan pahit dari awal sampai akhir selama 3 bulan itu menjadi kenangan yang paling menakutkan juga paling menyedihkan dalam hidupku. Mungkin inilah takdir, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi pada kita dihari esok. Hanya Tuhanlah yang tau, karena Dia maha tau. Siapa yang tidak ingin bahagia, siapa yang ingin hidupnya merana...tak seorang pun. Jika aku ditakdirkan menjalani hidup seperti ini, aku mencoba untuk menerimanya walau terasa pahit. Karena memang ternyata pahit.

         "Rani...sebulan lagi keluarga kita akan mengadakan pesta, nak...abangmu Doni akan segera menikah, tadinya ayahmu gak setuju kalo Doni melangkahi abangnya Arif, tapi karena abangmu Doni sudah mantap untuk menikah, dan juga abangmu Arif waktu ditelpon ayah mengatakan tidak keberatan, maka ayahmu menyetujuinya", begitu ibuku bilang padaku, saat makan malam bersama ayah. Bang Arif baru sebulan bekerja di Pekan Baru, dan bang Dani sudah mau menikah. Dan sebulan kemudian memang dilangsungkan pernikahan abangku dirumah calon istrinya gak begitu jauh dari rumah kami, kebetulan bang Doni dapet jodoh yang rumahnya tidak jauh dari rumah kami. Setelah bang Doni menikah, dirumah ini suasana terasa semakin sepi, karena hanya tinggal kami bertiga penghuninya. Hidupku semakin tenang dan bahagia, karena aku semakin dimanja oleh kedua orang tuaku. Dan semakin lama aku mulai mampu melupakan kenangan pahit yang kualami. Perestasi disekolah juga semakin membaik, karena terbukti aku bisa meraih juara kelas, walau hanya sebatas juara 3 dikelas.

        Namun kebahagiaan yang kualami tidaklah lama, ternyata Tuhan punya kehendak yang lain atas hidupku dan keluargaku. Dua bulan setelah bang Doni menikah, keluargaku menerima kabar yang amat menyedihkan dan amat memilukan hatiku. Karena ibuku jatuh sakit, dan ibuku divonis dokter telah terserang kanker rahim. Awalnya hanya ada luka dibagian rahimnya, tapi setelah diperiksakan ulang, ibuku positif terserang kanker yang ternyata sudah menggerogoti tubuhnya didalam rahimnya. "tidak henti-hentinya cobaanmu ya Allah, mengapa ini harus terjadi...", isak tangisku disaat merawat ibu dirumah sakit. aku belum siap menerima semua ini, aku masih terlalu muda jika harus kehilangan ibuku. Dan aku gak mau kehilangn untuk yang ke-2 kalinya setelah ayah kandungku pergi mninggalkan kami. Namun ternyata Tuhan memilih jalannya atas hidupku, dan ibuku meninggalkanku, meninggalkan kami semua, orang-orang yang menyayanginya. Begitu singkat usia pernikahan ibu dengan ayah, hanya 8 bulan, tidak sampai setahun. Bahkan ibu belum sempat melihatku naik kelas. Seluruh keluargaku berkabung, dan abang-abangku turut serta semua melepas kepergian ibuku tercinta, yang telah tega meninggalkan putrinya yang cantik seorang diri. Tiada lagi yang bisa membuatku untuk tetap semangat menjalani hidup. Dan aku menjadi gadis yang sangat rapuh setelah kehilangan kedua orang yang paling berharga dalam hidupku.

        Sebulan setelah kepergian ibu, aku masih belum mampu terlepas dari kesedihan, kuakui saat itu diriku benar-benar rapuh. Tak seorangpun mampu membuatku untuk semangat, termasuk ayah tiriku, yang kini tinggal berdua dirumah denganku. Tapi ayah tiriku mampu hidup tegar, dan kelihatan tidak mau larut dalam sedih. Selama dua bulan aku banyak mengurung diri dikamar, dan aku juga bermalasan masuk sekolah. Perhatian ayahku tidak berkurang dan tetap menganggapku sebagai putri kesayangannya. Hingga menjalani bulan yang ketiga, disaat aku mulai bisa sedikit tersenyum, mulai mampu menerima kenyataan pahit dalam hidupku, aku benar-benar dikejutkan atas pengakuan ayah tiriku dimalam itu.
"Rani...ada yang harus ayah jelaskan kekamu, dan ayah pikir, sudah saatnya ayah sampaikan ini padamu", "ada apa ayah...?", saat itu aku sedikit bingung menanti penjelasan ayah, yang menurutku sangatlah serius. "sebelum ibumu meninggal, dia ada menitipkan pesan buat ayah, dan ayah sudah berjanji padanya untuk menyanggupinya, ibumu meminta agar kamu tetap ayah sekolahkan sampai kamu tamat dari SMU". Malam itu diruang tamu ayahku banyak menjelaskan hal-hal mengenai pesan ibu kepada ayah sebelum meninggal. Dan aku juga tidak merasa keberatan untuk tinggal berdua bersama ayah seperti yang dipesankan ibu pada ayah. Apalagi aku tidak punya sanak sodara dikota ini. Dan aku tidak tau dimana keluarga ibu berada, sedangkan keluarga mendiang ayahku berada dijambi, tapi aku tidak tau persis dimana letaknya.

        Dua hari setelah penjelasan ayah tentang pesan amanah ibu padanya, malam itu sekitar jam 11 aku baru saja tertidur, setelah lelah belajar. Aku merasa terganggu ditidurku, saat kurasakan ada sentuhan disekitar pahaku yang menjalar keselangkanganku. Dan aku tersentak bangun dari tidurku kala kurasakan seprti ada yang mempermainkan payudaraku. "ayah...ada apa ?, mengapa ayah disini...ayah mau apa...?", suaraku agak keras mengatakannya kepada ayah, yang saat itu hanya memakai sarung telanjang dada, dan saat itu kedua tanganku langsung kutarik menutupi dadaku, yang teryata saat itu kancing baju tidurku sudah terbuka semua, dan bra yang kupakai juga sudah belepotan keatas. "ayah tinggalakan Rani sendiri, ayah gak bole disini...apa  yang sudah ayah perbuat pada Rani...ayah jahat...!!", "gak apa-apa Rani...kamu harus dengarkan ayah, biar ayah jelaskan...", "aku gak mau dengarkan lagi ayah...pergi..!", jeritku mengusir ayah, karena aku sudah tau apa maunya walau dia belum menjelaskannya. Kucoba rapikan bajuku, tapi rasa takut muncul dibenakku, aku takut sekali, aku gak mau jadi korban nafsu lagi, cukup sudah...
"ayah hanya mau menyanggupi pesan ibumu...dengarkan ayah!" suaranya geram padaku dan matanya melotot, dan dia pegang tangan kiriku dan juga setengah mencekik leherku. Saat itu aku sedang terduduk bersandar disudut tempat tidurku (karena aku sedang berusaha menghindar darinya). "ada yang belum ayah sampaikan amanah ibumu pada ayah, kamu harus tau, dan kamu harus dengar..." ucapnya sambil memperkuat cekikannya dileherku. "ibumu berpesan, kalo dia sudah meninggal, dia meminta ayah untuk menjadikanmu sebagai penggantinya, dan kamu harus melayani ayah, karena ini permintaan ibumu sebelum meninggal". "tidak mungkin...tidak mungkin ibu berkata seperti itu...ibu tidak bilang begitu...", isak tangisku semakin menjadi, sementara kurasakan tangan ayah mulai menarik paksa celana tidurku, hingga tersisa sampai selutut dan mulai menjamah-jamah pahaku. Rontahanku  samasekali gak berarti, karena tenagaku tidak sekuat tenaganya mencekik leherku. Sambil menjelaskan bahwa ibuku berpesan padanya, kalo aku diminta ibu untuk menggantikan posisinya dikala ayah kesepian, bajuku juga dibuka paksa oleh ayah, seluruh pakaian yang kupakai telah dibukanya, hingga telanjang dihadapannya. Ancaman pun terus diterorkan ayah padaku, agar aku jangan mencoba melawan ataupun bersuara.
"kamu harusa nurut sama ayah!!, kalo kamu tidak mau nuruti ayah...ayah gak segan-segan akan menyiksamu, ayah akan buat kamu cacat seumur hidup, dan ayah juga bisa membunuhmu" kata-kata ayah sangat sadis dan kejam, aku gak menyangka sama sekali.
"dan kamu jangan munafik!!, kamu kira ayah gak tau apa yang pernah kamu lakukan dengan abangmu Arif..ayah sudah tau kalo kamu pernah melakukannya...kamu emut kontol abangmu sendiri waktu abangmu akan berangkat ke Pekan Baru, kamu kira ayah gak melihatnya, kamu suka kan...kamu suka dengan ini kan??", saat ucapkan itu, ayah membuka sarungnya dan telanjang dihadapanku, saat itu ia melepaskan cekikan tangannya dileherku. Aku berusaha tidak melihat kearahnya, tidak mau melihatnya. Kini ayah tiriku yang penuh wibawa dan sangat kuhormati, telah telanjang dihadapanku, dihadapan putrinya yang berumur 13 tahun. Aku benar-benar takut dan sungguh tidak ingin ini terjadi.

        Ayah memaksaku untuk melihatnya, ditariknya kakiku ketepi tempat tidurku (saat itu posisiku terduduk), ayah berdiri dihadapanku. Dan aku lihat tubuh telanjangnya yang sangat dekat denganku. Sesaat itu aku masih sempat membayangkan bang Arif, yang telah pernah telanjang dihadapanku. Sungguh aku semakin takut membayangkan semuanya, dan aku hanya bisa meneteskan airmata tanpa berani bersuara. Tangan kekar ayah memegang kepalaku, dan meluruskan wajahku, agar aku melihat tubuh besarnya yang berdiri dihadapanku."turuti ayah..dan jangan melawan, kamu harus bisa gantikan ibumu...", ucapnya yang saat itu menjulurkan penisnya kewajahku, dan hampir menyentuh hidungku. Ayah telah memaksaku untuk melihat tubuh telanjangnya, telah memaksaku untuk melihat penisnya, yang saat itu sangat membuatku ketakutan, karena ukurannya sangatlah besar, yang menurutku ukuranya walaupun belum begitu menegang, tapi sangatlah besar. Penisnya ayah lebih besar dari penis bang Arif. Seakan aku sudah menjadi gadis yang sangat terhina melihat semua itu. Dia memintaku melakukan seperti yang aku lakukan pada bang Arif. Disodorkannya penisnya yang sangat besar itu kebibirku, sambil memerintahku untuk mengulumnya. Dan aku tidak ada pilihan selain menuruti keinginan ayah, yang saat itu pikirannya sudah dirasuki setan.

       Semakin aku melakukan perintahnya mengulum sedikit penisnya, dan semakin kurasakan kalo penisnya mulai membesar dan memanjang, aku sungguh takut karena ukuran penis ayah jauh lebih besar. Dipegangnya kepalaku dan menekan penisnya masuk kedalam mulutku, dan aku benar-benar gak sanggup melakukan itu. Aku gak bisa melakukannya karena penisnya terlalu besar untuk mulutku, tapi ayah memaksa menekan sampai aku mual mau muntah. Tidak ada perasaan iba ayah sedikitpun memeperlakukan putrinya untuk melakukan itu, walau airmataku terus mengalir, sedkitpun tidak ada rasa iba dihatinya. Tidak lama kemudian ayah  menyuruhku tidur telentang, diatas tempat tidurku. Lalu dia memintaku agar jangan menangis dan agar aku menuruti keinginannya. Ayah melakukan seperti yang dilakukan bang Arif, dia menjilati tubuhku dan membuka kakiku lebar-lebar. Dengan posisi seperti bersimpuh didekatkannya wajahnya kevaginaku, lalu aku merasakan kalo lidahnya seperti dipermainkan disekitar bibir vaginaku. Dan itu membuatku merasa geli sampai aku gak mampu menahan geli yang tidak kuharapkan samasekali. Aku menggelinjang, kepalaku menggeliat kekanan dan kekiri. Tapi tidak sedikitpun aku nafsu dibuatnya, karena dipikiranku tetap saja merasa jijik dan benci pada ayah tiriku.
"ayah..hentikan..kumohon ayah" rintihku padanya, tapi ayah sama sekali tidak menghiraukanku, ayah malah semakin menjilati vaginaku. Dan ayah juga memasukkan jarinya kedalam vaginaku, dan itu membuatku kesakitan. Lalu ayah merubah posisinya, tubuhnya yang sangat besar dan berat setengah menindihku. Lalu menjilati payudaraku yang masih tumbuh normal. Aku merasakan jilatan ayah yang membuatku merasa geli. Walau aku sangat membenci perlakukan ayah tiriku saat itu, namun jilatannya diseluruh badanku membuatku menikmatinya, tapi aku merasa bahwa aku bukanlah terangsang, karena sungguh aku tidak menyukai yang dilakukan ayah.
"kamu harus bisa gantikan ibumu sayang, kalo kamu sayang pada ibumu...kamu harus lakukan amanah ibumu, kamu harus bisa layani ayah...", bisiknya ditelingaku, dan menjilati telingaku sambil menindihku. Dan kurasakan penisnya seperti digesek-gesekkan kebagian vaginaku.
"ayah jangan...ayah, Rani gak bisa ayah..Rani belum saatnya begini ayah...kumohon ayah...", rintihku saat ayah mulai menciumi mulutku, dan menyedot sangat kuat mulutku dengan mulutnya. Kurasakan gesekan penisnya semakin kuat disekitar mulut vaginaku. Dan aku merasa ada rangsangan saat ayah menjilati leherku dan mempermainkan pentil payudaraku demgan lidahnya. Tubuhku seperti menggelinjang karena jilatan-jilatan ayah ditubuhku. Ayah berbisik ketelingaku "sudah lama ayah membayangkan dan menginginkan bersetubuh dengan gadis belia, sudah lama ayah memendam hasrat ayah, inilah saatnya sayang...puaskan ayah, biarkan ayah menikmatinya sayang...ayah juga akan buat kamu nikmat, kalo kamu sayang pada ibumu dan juga sayang pada ayah, kamu harus mau melayani ayah...", bisikannya ketelingaku kedengaran menjijikan, dan membuatku makin benci pada ayah. "aku bukan pelacur ayah.." jeritkku sangat kuat dalam hati.

        "sekarang saatnya sayang...ayah gak mau ada suara, tidak bole ada jeritan ataupun menangis, kamu harus turuti ayah, kalo tidak turut pada ayah, ayah akan siksa kamu...ngerti kamu!" ayah mengucapkan ancamanya dengan mata melotot padaku, dan aku tau ancamannya tidak main-main. Lalu tubuh besarnya pindah posisi kembali keselangkanganku. Dibukanya kedua pahaku lebar, dan aku melihat ayah menjulurkan penisnya yang sangat besar berwarna gelap itu, kemulut vaginaku yang sangat kecil dan berwarna kemerahan. "ayah suka sekali melihat vaginamu sayang...ayah sudah lama merindukan vagina merah seperti ini", ucapanya sangat jorok. Lalu meludahi penisnya sendiri dan melumuri kepala penisnya dengan air ludahnya sendiri. Dan seketika itu rasa takutku luar biasa, aku takut membayangkan kalo penisnya ditusukkan kevaginaku. "ayah jangan ayah...tolong kasihani Rani ayah..", "diam!, turuti ayah...", bentaknya membuatku semakin takut dan menangis, kurasakan airmataku menentes mengiringi rasa takutku. Saat ayah mulai menusukkan kepala penisnya kemulut vaginaku, aku hampir berteriak untuk mengatakan jangan, tapi aku tidak berani bersuara, karena dia memintaku untuk menuruti perkataanya, agar aku tidak sedikitpun mengeluarkan suara. Tekanan penis ayah berkali-kali tidak berhasil, karena kuakui ukuran penisnya sangatlah besar. Lalu dia meludahi tangannya dan dioleskannya air ludahnya kemulut vaginaku. Seketika itu juga, tusukannya yang sangat kuat menenbus vaginaku, hingga kurasakan kepala penisnya mungkin sudah masuk tertelan vaginaku. Tersontak aku memekik menjerit, "aaah...aduuuh...huuuuh...". ayah tetap diam dan tidak marah walau aku menjerit (jeritanku saat itu tidak begitu kuat, namun rasa sakit teramatlah perih divaginaku). Ditekannya lagi, dan semakin kuat menekan hingga kurasakan vaginaku seperti koyak terasa perih. Aku sadar penisnya hanya bisa masuk sedikit demi sedikit. Dan aku sangat takut kalo ayah akan menusuk penisnya sampai dalam kevaginaku, karena bang Arif tidak pernah memasukkan penisnya sampai masuk semua. Tiap dorongan penisnya menekan masuk, tiap kali itu juga mulutku merintih menahan perih.
"ampun ayaah...aduuuh...". Lalu kurasakan tusukan ayah semakin masuk lagi sedikit, badanya bergerak maju mundur menekan nekan vaginaku dengan penisnya yang sangat besar itu.
"ayaah...rani gak bisa ayaah...rani gak tahan ayaaah...ampuuuun....aduuuu...aduuuuh...", rintihanku kala ayah semakin kuat bergerak menekan penisnya yang semakin lama semakin merobek vaginaku, dan semakin menembus lebih dalam lagi. Tiap gerakan tekanannya diikuti rintihanku menahan perih yang tak tertahankan.

       Kurasakan penisnya sudah menembus masuk hampir setengah keruang vaginaku. Lalu ayah merubah posisinya dengan menindihku, sehingga badan besarnya kini terasa berat diatas tubuh kecilku. sambil melumat mulutku dan menjilati leherku, ayah menekan nekan penisnya masuk kevaginaku. Aku merasakan badan ayah mulai bergerak maju mundur, menusuk-nusukkan penisnya kevaginaku lebih dalam lagi. Betapa tersiksanya aku menahan perih, dan badanku semakin kaku, menahan perih, aku sama sekali tidak kuat menahan sakit saat kurasakan vaginaku terkoyak, karena penisnya sudah menekan masuk setengah dari batang penisnya dalam vaginaku.
"ayah cukup...jangan dimasukkan semua ayah...ayaaah...rani gak kuat...rani gak sanggup...ayaaaah jangan dimasuki semua ayah...", ayah tidak peduli dengan nafsu setannya, tidak peduli kalo gadis yang disetubuhinya bukanlah gadis dewasa, tapi seorang gadis yang berumur 13 tahun, yang vaginanya belum siap menerima penis besarnya. Ayah sadar kalo putri kecilnya tidak sanggup menerima penis besarnya, sehingga dia tidak memarahiku bersuara dan merintih. "ampuuuun...ayaaaah...ampuuun, aduuuuh...aaaaaagh...aduuuh...", rintihku saat ayah terus menggerakkan badannya kuat-kuat menusuk vaginaku. Aku mengira ayah tidak akan memasukkan seluruh penisnya kevaginaku, karena itu tidak mungkin pikirku, karena memang tidak akan bisa, karena vaginaku teramatlah kecil dan sempit untuk menerima penisnya, yang melebihi ukuran penis bang Arif. Ternyata dugaanku salah, karena kulihat ayah berusaha sekuat tenaga menekan penisnya menusuk masuk kedalam vaginaku, dia berulang-ulang mencoba menusuk sekuat tenaga seperti menyentakkan badannya kuat sekali. Walau gagal beberapa kali memasukkan seluruh bagian batang penisnya kevaginaku, tidak membuat ayah berhenti mencobanya.

        Betapa tersiksanya aku, dan betapa hebatnya rintihanku, bahkan sampai aku sulit bernapas, saat ayah berhasil menyentakkan penisnya sekuat tenaga dan menembus koyak vagina kecilku. Aku hampir mati menahan sakit, bahkan untuk bersuarapun aku sudah tidak sanggup lagi. Aku merasakan sentakkan kuatnya, dan penisnya seperti menusuk sampai keulu hati. Tuhan...aku tidak sanggup, tolong aku Tuhan...jeritku sangat kuat sekali dalam hati (karena bersuarapun aku sudah tidak sanggup, karena sulit bernapas menahan sakit tusukan kuat ayah, yang menembus sampai kedalam vaginaku ). Ayahku tega melakukan itu, tega melihat putrinya hampir mati menahankan perih yang teramat sakit. Seakan ada yang koyak dalam perutku kurasakan...dan saat ayah terus menikmati tubuhku dengan menusukkan penisnya kuat-kuat, hingga menembus semua sampai keulu hatiku. Gerakannya juga semakin lama semakin cepat. Badan ayah penuh dengan keringatnya. Beberapa detik kemudian, aku sudah tidak ingat lagi apa yang terjadi (aku gak sadarkan diri). Aku tidak tau berapa lama ayah menidih tubuhku, aku tidak tau berapa lama ayah merusak vaginaku. Karena disaat aku sadarkan diri, aku sudah tidak menemukan ayah disekitar ruang kamarku. Yang aku lihat dan temukan, ada darah tercecer dipahaku, dan darah itu tampak mulai mengering lengket disekitar bibir vaginaku, juga disekitar pahaku. aku sempat bertanya-tanya dalam hati, mengapa ada darah, bukankah bang Arif telah merusak perawanku?, mengapa malam ini vaginaku masih berdarah...apakah ayah telah merusak habis vaginaku ?, apakah penisnya telah merobek-robek vaginaku?. Sungguh aku lelah memikirkannya, tubuhku yang saat itu masih telanjang tanpa pakain terasa sangat lemas tidak bertenaga. Dengan menangis aku merangkak kekamar mandi untuk membersihkan diriku yang sudah kotor. Dan rasa perih diselangkanganku begitu menyiksaku.

       Setelah kejadian pahit itu, aku tidak bisa pergi sekolah karena badanku menjadi demam dan sangat lemah. Ada dua hari aku harus bolos sekolah, aku tidak sanggup. Tapi selama aku sakit dua hari, ayah bersikap sangat perhatian padaku, makan pun aku disuapinya, bahkan dia yang mengerjakan pekerjaan rumah selama 2 hari. Dan ke-esokan harinya, ayah mengulangi lagi perbuatannya, dia tahu kalo kesehatanku mulai membaik. Dan sebelumnya aku juga sudah menebak, kalo ayah tiriku, pasti akan mengulanginya, pasti akan memintaku lagi melayani nafsu setannya. Diriku seperti tawanan, dijajah tanpa bisa melawan. Malam itu aku diseret ayah dari kamarku menuju kamarnya (kamarnya bersama alhmarhum ibuku selama lebih kurang 8 bulan). Tanganku dipegangnya kuat dan aku ditarik masuk kekamarnya. Walaupun aku tidak berusaha melawan, bukan berarti aku menyetujui perlakuan ayah tiriku. Sudah tidak ada gunanya lagi, gak ada daya padaku buat melawannya. Hatiku ini juga sangat hancur, aku sudah dijajah, sudah menjadi tawanan yang gak tau sampai kapan akan terbebas dari semua ini.

       Didalam kamar, ayah mendudukkanku diranjangnya, dan aku diminta untuk mendengarkan semua perkataannya. Ayah mengatakan, kalo tadi siang adalah hari terakhir aku memijakkan kaki disekolahku tercinta, ayah memintaku putus sekolah. Ayah juga mengatakan, mulai malam ini, aku tidak boleh lagi tidur dikamarku, mulai malam ini, aku harus tidur dikamar ayah, aku harus tidur satu ranjang dengan ayah. Ayah juga mengatakan, mulai besok, aku tidak boleh keluar rumah, tidak boleh menemui teman atau siapapun diluar sana, dan ayah katakan dia yang akan berurusan jika ada pihak sekolah menanyakan kabarku. Dan ayah juga mengatakan, mulai besok jika ayah pergi kekantor, aku akan dikurung dirumah sampai ayah kembali dari kantor. Dan ayah juga katakan, kalo aku harus menuruti perintahnya, harus melaksanakan amanah ibu padaku yang berpesan pada ayah bahwa aku harus bisa menggantikan tugas ibuku pada ayah tiriku...pada laki-laki yang telah berusia hampir 50 tahun. Aku menatap ayah sangat tajam saat dia selesai mengumumkan semua peraturannya buatku. Kutahan airmataku, dan kusembunyikan rasa takutku diwajahku. Betapa hancurnya hatiku mendengar semua itu, pupus sudah cita-citaku untuk menjadi seorang Pramugari, semuanya hanyalah tinggal mimpi.

      Malam itu dengan hati yang sangat terpaksa kuturuti semua peraturannya. Ayah membuka paksa bajuku, karena menurutnya aku bermalasan dan sangat lambat sekali membuka seluruh pakaianku. Dan ayah juga telanjang diri dihadapanku, samasekali tidak merasa malu mempertontonkan tubuh telanjangnya kepadaku. "ayo sayang...malam ini adalah malam yang paling berkesan buat kita berdua...inilah malam pertama kita tidur satu ranjang dikamar ini, malam pertama bahwa kamu resmi menggantikan ibumu melayani ayah dikamar ini". Lalu ayah menuntunku tidur disebelahnya, saat itu kami sudah sama-sama telanjang. Dibelainya kepalaku dan diusapnya airmataku, lalu berkata lembut padaku, "ayah tau kalo kamu merasa berat menerima amanah yang dipesankan almarhum ibumu padamu lewat ayah, tapi kamu harus tunjukkan kalo kamu anak yang berbakti, kamu harus bisa gantikan ibumu untuk ayah". Yang ada dalam pikiranku saat itu, apakah benar semua ini?, tidak mungkin ibuku berpesan seperti itu, tidak mungkin. Tapi segera jeritan hatiku terhenti, saat kurasakan tangan kekar ayah mulai menyentuh seluruh tubuhku. Dan mulutnya gak berhenti menciumi seluruh wajahku, menciumi payudaraku dan mempermainkan lidahnya, dia menjilati seluruh payudaraku dan seperti menyedot dibagian puting payudaraku yang masih menumbuh kecil kemerahan, kemudian ayah berkata " jika kamu tidak ingin merasa tersiksa melayani ayah, kamu harus belajar menikmatinya, kamu harus belajar untuk menyukainya, kamu harus menyukai ayah sayang...ayah akan buat kamu menyukai rangsangan ayah, ayah akan buat kamu bisa menikmatinya", lalu ayah memerintahku untuk duduk ditepi ranjang, dan dia berdiri persis dihadapanku. Tubuh telanjang ayah kini ada dalam pandanganku. "tutup matamu", aku nurut pada perintah aya, kupejamkan mataku hingga aku tidak lagi melihat tubuh telanjang ayah.Lalu kurasakan Penis ayah seperti menyentuh-nyentuh seluruh bagian wajahku. Aku tau kalo ayah sengaja menggesek-gesekkan penis besarnya kewajahku, kebibirku, kepipiku, juga kehidungku. "buka mulutmu, dan tetap tutup matamu" perintahnya padaku dan kuturuti perintahnya, karena memang aku harus menuruti perintahnya. Sesaat itu juga langsung ayah mendorong penisnya masuk kedalam mulutku, hingga kurasakan bagian kepala penisnya kini telah tertelan dalam mulutku." dikulum sayang...yang kuat ngisapnya...ooooogh...", lalu ayah memegang kepalaku dan menekan kepalaku ketubuhnya, dan itu membuat penisnya semakin banyak masuk kedalam mulutku. Aku sungguh tidak tahan dan itu membuatku sulit bernapas. Lalu ayah juga menggerak-gerakkan badannya maju mundur, dan penisnya keluar masuk dimulutku, hingga aku tersedak mual dan perasaan selalu ingin muntah, dan air ludahku banyak keluar dari mulutku saat dia menyodokkan penisnya keluar masuk dalam mulutku.

         Hingga hampir 5 menit aku mengulum penisnya, yang membuat mulutku terasa capek, dan aku tersiksa karena dia menekan-nekan kepalaku. Setelah itu ayah mencabut penisnya dari mulutku dan berkata "buka matamu..", saat kubuka mataku, penis ayah sangat dekat sekali kewajahku bahkan hampir menyentuh hidungku. Penisnya yang besar menegang tegak kearah wajahku. Lalu ayah bergerak naik keatas ranjang dan langsung tidur telentang diatas ranjang disebelahku. "sekarang ayah akan ajarkan kamu gimana caranya agar kamu suka dengan kontol ayah...dan agar kamu suka melayani ayah kapan saja ayah ingin dilayani...", ayah mengatakan itu lembut padaku. Lalu kulihat ayah meletakkan kedua tangannya dibawah kepalanya. "ayo sayang...ayah ingin lihat kamu mempermainkan kontol ayah...kamu harus bisa menyukai kontol ayah...kamu harus belajar menyukai sex, supaya kamu cepat dewasa...", ayah mengatakan itu dengan santai, dan kulihat matanya dipejamkanya. Sambil duduk disebelah ayah, kucoba menuruti perintahnya, kupandangi tubuh telanjang ayah yang kini ada didepanku. Aku menatap dadanya yang bidang, memandang perutnya yang ditumbuhi bulu, dan juga aku memandang penisnya yang menegang sangat besar. Kulihat bulu disekitar pangkal penisnya sangat lebat sekali, tapi aku masih belum berani mempermainkan penisnya seperti yang dia minta. "ayo sayang...sentuh tubuh ayah...sentuh kontol ayah...ayah ingin rasakan kontol ayah kamu permainkan...itu bisa membuatmu suka nantinya, kamu harus belajar menyukai kontol...karena hanya itu yang bisa membuatmu terangsang, ayah yakin kalo kamu sudah bisa menyukai kontol laki-laki, kamu akan senang melayani sex...ayo...disentuh sayang...cepat!". Dengan ragu dan dalam keadaan terpaksa, kucoba menuruti perkataan ayah. Dan aku mulai menyentuh tubuhnya. kuletakkan tangan kiriku diatas perutnya, dan kupegang penis ayah yang sudah menegang dan sangat panjang itu dengan tangan kananku. Kugenggam tegak penisnya, dan kulihat penisnya masih tersisa banyak dari genggaman tanganku. Ukuran penisnya sangatlah besar dan panjang, juga tampak sangat gemuk dengan warna agak gelap. Kucoba memegangnya dengan genggaman agak lebih keras sambil kuperhatikan kepala penisnya. Jantungku berdetak kencang, dan aku seperti merinding. Karena kulihat ayah memejamkan matanya, kebaranianku semakin bertambah untuk menyentuh penisnya. Lalu dengan sendirinya tanpa diperintah aku ingin sekali mencium penisnya, ntah darimana datangnya rasa ingin itu. Aku merasa suka melihat penis ayah saat itu. Lalu kucium ujung kepala penisnya yang sedang digenggam tangan kananku. "ouugh..bagus sayang...teruskan..." ayah kudengar mendesah. Kulepaskan penisnya dari genggamanku, dan kini penisnya kupandang tergeletak memanjang...dan itu membuat aku makin suka memandang penis ayah tiriku yang sangat kubenci itu.

       Aku melihat wajah ayah dan kulihat matanya masih terpejam. aku semakin berani menatap tubuhnya yang kekar telanjang. Oh Tuhan mengapa aku kini suka melihat tubuh telanjang ayah...apakah karena ayah menutup matanya sehingga aku merasa bebas dari tekanan amarahnya...?, tak henti-hentinya batinku bertanya. Aku suka sekali melihat penis ayah saat itu, suka melihat bentuknya, melihat bagian kepala penisnya, dan sangat suka melihat bulu-bulu yang tumbuh lebat mengelilingi pangkal penisnya. Dan kulihat buah pelirnya yang berwarna gelap. Aku suka melihat penis ayahku yang besar berwarna gelap itu (gimana pun juga...aku harus belajar menyukainya...agar aku tidak merasa tersiksa seperti yang ayah katakan) bisik batinku dalam hati. Ku-elus penisnya dengan lembut, lalu kuberdirikan dalam genggamanku, dan saat itu juga langsung kudekatkan wajahku, tanpa diperintah aku langsung mencoba memasukkan penisnya kedalam mulutku, tapi hanya sebatas kepala penisnya saja (karena hanya sebatas itu yang muat tertelan dalam mulutku). Aku mengulumnya, menghisapnya, dan sepertinya aku sudah belajar untuk menyukainya. Juga aku mencoba menjilati seluruh batang penisnya dan juga buah pelirnya, hingga kulihat penis ayahku kini mengkilat karena dibasahi airludahku. Berulang-ulang kumasukkan kemulutku lalu kukeluarkan lagi, kumasukkan lagi kemulutku dan meghisapnya lalu kukeluarkan lagi. Aku semakin menikmatinya, aku semakin suka dengan penis ayahku. "iya begitu sayang...isap terus sayang...tunjukkan pada ayah kalo kamu bisa muasin ayah...ooouugh...enaknyaaa...yang kuat emutnya sayang..." ayah gak henti-hentinya mendesah saat aku terus mempermainkan penisnya dalam mulutku. Aku kini merasa bahwa aku telah bisa membuat ayah puas. Dan jujur aku sudah menyukainya, sudah merasa ada nafsu dalam diriku saat aku memandang dan mempermainkan penis ayahku. Walaupun mulanya aku melakukan itu karena paksaan. Aku tau kalo diriku mulai terangsang...karena saat itu aku mulai berani meletakkan wajahku dipenisnya, meletakkan wajahku diperut ayah. Dan saat aku meletakkan wajahku dipenis ayah dan diperutnya, aku rasakan ayah membelai-belai kepalaku dan ayah berkata "ayah senang kamu mau belajar menyukainya...rani kamu anak yang baik", lalu ayah bangkit dari tidurnya dan duduk menghadapku, saat itu aku juga duduk menghadap ayah. Lalu kedua telapak tangan ayah ditempelkannya dikedua pipiku, dan didekatkan wajahnya kewajahku dan langsung mulutku diciuminya dan disedotnya. "keluarkan lidahnya sayang... ayah akan ajarkan kamu untuk menikmati sex". Lama sekali ayah meyedot mulutku dan juga lidahku, dan kuakui aku menyukai perbuatan ayah. Ayah berbisik ketelingaku "rani...kamu sayang ayahkan...ayah sayang sama rani...ayah akan buat kamu bahagia, tapi rani harus janji pada ayah...harus selalu bersedia layani ayah...ayah sangat butuh sex sayang...ayah suka sekali ngentot sama gadis seusiamu...ayah tau kamu masih terlalu mudah...tapi ayah sudah anggap kamu dewasa, ayah tau kalo kamu bisa puasin sex ayah..ayah sangat suka sex sayang". Lalu ayah merebahkan tubuhku diatas ranjangnya dan dia bergerak kebawah selangkanganku. Kulihat ayah merapatkanwajahnya diselangkanganku, dan segera kurasakan kalo ayah sedang menjilati vaginaku. Ayah mempermainkan lidahnya divaginaku, hingga aku merasakan sesuatu yang sangat nikmat hingga aku merintih-rintih, dan tanpa kusadari kedua pahaku telah menjepit kepala ayah yang dibenamkannya diselangkanganku.

     Aku mencoba untuk menikmati apa yang dilakukan ayah, karena untuk menolak dan menghindar darinya sudah tidak mungkin, aku tidak mau ayah kasar padaku, aku tidak mau ayah sampai melukaiku dan membuatku cacat, seperi yang selalu dikatakannya padaku bila dia mengancamku. Hanya satu yang terus membuatku takut walaupun aku sudah belajar untuk menikmatinya, yaitu aku masih selalu takut dan terus takut membayangkan kalo penis ayah dimasukkan kevaginaku. Aku masih belum sanggup, dengan tubuhku yang kecil dan lubang vaginaku juga masih kecil dan sangat sempit untuk dimasukin penis ayah yang sangat besar itu. Aku mulai suka pada penisnya tapi aku tetap saja takut untuk sex dengannya.
"sayang...ayah masukin ya...ayah akan buat kamu puas...kamu juga harus bisa buat ayah puas...ayo sayang...", "ayah rani takut...", aku memelas karena sesungguhnya aku memang masih takut. "gak apa sayang...ditahan aja...lama-lama kamu akan merasa enak sayang...dinikmati saja...". lalu ayah membuka lebih lebar lagi belahan pahaku, kulihat dia menggenggam penisnya sambil disodorkan kemulut vaginaku. Saat itu posisi ayah bersimpuh dan kedua lututnya dilebarkanya. dan aku juga membuka kedua kakiku lebar (tapi jantungku berdetak sangat cepat, aku sangat takut sekali melihat penis besar ayah). "ayaaah...uuugh...uuugh..." jeritku saat ayah mulai menekan penisnya masuk kedalam vaginaku. Kurasakan kepala penisnya sudah menusuk masuk semua kevaginaku. "dinikmati saja sayang, ditahan saja...gak apa-apa kok". Lalu ayah mengangkat kedua kakiku, diluruskannya keatas dan disandarkannya kedua kakiku dibahunya. Dan seketika itu, dengan gerakan tiba-tiba ayah menekan sangat kuat penisnya, dan langsung kurasakan penisnya ayah menerobos masuk hingga hampir setengah daribatang penisnya sudah masuk kedalam vaginaku. Aku gak tahan menahan perih...kurasakan vaginaku seperti koyak, dan kurasakan rongga vaginaku seperti penuh menjepit penis besar ayah. Dan ayah mulai menggerak-gerakkan badannya maju mundur menekan-nekan penisnya mencoba masuk lebih dalam lagi. Aku tau ayah merasa kesulitan memasukkan penisnya lebih dalam. Karena vaginaku terlalu sempit dan kecil, dan memang belum waktunya mampu menerima penis ayah yang sangat panjang dan besar itu (mungkin lebih dari 17cm dan sangat gemuk). Tiba-tiba ayah merubah posisi, dibukanya lebar pahaku dan dia mencoba untuk menindihku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku. Lalu dia menekan penisnya kuat-kuat kedalam vaginaku yang membuatku serasa mau mati menahan sakit, aku masih tetap merasakan kalo vaginaku seperti koyak ditusuk penisnya.
"ayaah...sudaah...jangan dimasukin semua ayaah...sakiiit...uuuugh...", aku terus merintih dan air mataku sampai menetes menahan perih yang sangat sakit tak tertahankan, seolah ayah gak peduli kalo aku gadis berumur 13 tahun (6 bulan lagi agar aku genap 14 tahun). "gak apa-apa sayang...ayah akan merasa sangat nikmat dan puas kalo kontol ayah bisa ayah benamkan masuk semua kepepek kamu...oooogh...enaknya sayang". Ayah sungguh tidak kasihan padaku karena sudah sangat bernafsu. Dan dia terus menekan kuat dan sangat kuat hingga kurasakan penisnya semakin masuk kedalam vaginaku. dan badannya gak henti-henti bergerak naik turun menekan kuat-kuat penisnya kedalam vaginaku.
"oogh enaknya sayang...duh enakyaaaa...ooogh...enaknya ngentoti pepekmu sayang...duuuuh enaknya...sempit kali pepekmu sayang...ouugh...". Lalu dengan gerakan tiba-tiba dan sangat cepat ayah menusukkan penisnya sangat kuat menyentak, hingga kurasakan penisnya masuk seluruhnya menenbus ruang vaginaku. Dan saat itu aku merasa bahwa aku akan mati, aku sulit bernapas dan badanku kaku menahan penisnya yang masuk menembus kevaginaku. aku dengar ayah seperti meraung "oooooooouuugh....aaaaaggh...enaknya sayaaaaang...enaknya kontol ayah masuk semua sampai kandas sayang...oooogh sempitnya...pepekmu nikmat sayanng...enaknya ngentot sampai kandas sayang...", saat penis ayah sudah masuk sampai kandas semua tertelan vaginaku, ayah berhenti menggerakkan badannya kira-kira 1 atau 2 menit. Sementara saat itu aku merasakan kalo penis ayah sudah menusuk sampai ke ulu hatiku, sakit bukan main dan badanku kaku gak bisa bergerak. Kucoba mendorong badan ayah dengan kedua tanganku agar penisnya tercabut dari vaginaku. Tapi saat itu aku sudah tidak bertenaga lagi karena bernapaspun aku sudah sulit. Mungkin karena tubuhku masih kecil mungil, sehingga kurasakan kalo penis ayah menusuk sampai keulu hati. Aku masih sempat terpikir saat itu..kalo bagian dalam vaginaku mungkin sudah rusak karena ditusuk paksa lagi oleh ayah, aku sangat takut sekali.

       Dan setelah 2 menit ayah mulai menggerak-gerakkan badannya maju mundur menekan penisnya keluar masuk vaginaku. Dan kurasakan kalo vaginaku seperti terkoyak-koyak. Dan tiap tusukannya kurasakan dalam sekali sampai keperutku, sampai keulu hatiku, aku megap sulit bernapas. Sementara ayah terus menggoyang badannya dan tak henti-hentinya mulut ayah menguapkan kata-kata jorok ketelingaku. "aduuuh enaknya pepekmu...enaknya sayaaaang...ooouuugh...enaknya nekan sampai kandas sayang...kontol ayah sampai masuk semua...oooough...iiiiih enaknya pepek...enaknya ngentot pepek sempit...aduuuuh enaknya sampai kandas-kandas...sayaaaaang...", sementara saat itu aku sudah tidak lagi bisa berbuat apa-apa selain menahan sakit. Dan ayah tidak peduli sama sekali, dan malah bertambah nafsu menekan penisnya. Kemudian setelah 10 menit, ayah berhenti bergerak badannya. Kedua tangannya direntangkan dikanan dan dikiriku, lalu dia menarik penisnya hingga hampir keluar semuanya, tapi bagian kepala penisnya masih tertanam didalam vaginaku. Lalu dengan gerakan tiba-tiba dan sangat kuat menyentak masuk kevaginaku sampai kandas. Ditariknya lagi lalu disentaknya lagi dengan gerakan sangat kuat menyentak masuk sampai kandas.Gerakan itu berulang-ulang ayah lakukan kevaginaku. Aku hampir mati gak bisa bernapas, karena ulu hatiku juga seperti tertusuk, aku megap sulit bernapas. Dan aku juga tidak bisa lagi bersuara karena megap. Tiap kali ayah melakukan gerakan menyentak kuat seperti itu, badanku juga ikut tersentak-sentak, karena ayah menyentaknya sangat kuat sekali. Dan aku tau kalo ayah tidak ingin badanku ikut tersentak. Lalu dipegangnya kepalaku dengan kedua tangannya sangat kuat mencengkram kepalaku, kuat sekali dicengkramnya kepalaku. Lalu dia kembali melakukan gerakan menyentak-nyentak lagi, sangat kuat ayah menyentak-nyentak hingga penisnya masuk sampai kandas-kandas. Dan karena kepalaku dicengkramnya sangat kuat, maka badanku tidak lagi ikut tersentak. Dan itu semakin membuatku merasa mau mati tersiksa menahan sakit. Aku seperti gak sanggup bernapas dan selalu megap, mataku juga sampai melotot menahankan, dan airmataku gak hentinya mengalir. Ayah sungguh tidak perduli dan semakin bernafsu menyentak-nyentak.

        "ampuuuuuun...aaaaaagh....sakiiiit....uuuuuuugh....sudah ayaaaah....ampuuuun....aaaaagh..."
"enaknya pepekmu sayang, oooogh enaknya...masuk sampai kandas sayaaang...duuuh enaknya, aaaaagh....oooogh....". Sungguh ayah gak peduli lagi dengan rintihanku.
"duuuh sayaaaang...enaknya, ayo dinikmati sayang...oooogh....aaagh enaknya..." ayah terus menggerakkan badannya kuat-kuat hingga badannya penuh dengan keringat. "kau harus bisa puaskan ayah...ayah sudah lama sekali membayangkan pepek gadis belia macam kamu sayang...ayo dinikmati kontol ayah sayang...sampai megap...sampai pingsan kamu...ayooo....duuuh enaknya...duuh enaknyaa...". Ayah benar-benar telah menganggapku gadis dewasa, hingga tega melihatku tersiksa. Dan ayah lama sekali menindihku, memperkosahku, menyiksaku dengan kasar. Hingga kira-kira 20 menit, kulihat ayah mendesah sangat panjang dan penisnya seperti dibenamkan kuat masuk semua kevaginaku, tanganya juga sangat kuat mencengkram kepalaku seperti mencakar kulit kepalaku. Dan kurasakan seperti ada cairan hangat mengalir dari dalam penis ayah dalam vaginaku. Mungkin itulah sperma ayah yang dia keluarkandalam vaginaku. dan setelah itu badan ayah kaku dan gak bergerak lagi diatas tubuhku. Badanya penuh dengan keringat. Dan kurasakan seluruh badanku sudah sangat lemas dan spertinya aku sudah tidak bertenaga lagi. Aku lega karena penderitaanku selasai.

         Lalu ayah mencabut penisnya dari lubang vaginaku, dan dia merebahkan tubuh telanjangnya disebelahku. Kulihat ayah juga sangat lemas, tapi wajanya seperti tersenyum puas. "terimkasih sayang...ayah sangat puas...ayah benar-benar gak nyangka kalo kamu bisa membuat ayah sepuas ini, terimakasih sayang...". Aku hanya terdiam mendengar perkataan ayah, dan sungguh aku tidak peduli apa yang dia bilang.
"mulai malam ini...besok dan seterusnya, kamu harus terus layani ayah...tidak bole tidak...harus!, kamu harus mau negentot sama ayah tiap malam, kamu harus belajar muasin ayah...". "aku gak sanggup ayah...rani gak bisa...rani gak kuat ayah..." ucapku dengan suara serak dan pelan sekali (karena aku sudah tidak bertenaga lagi). Dan kami berdua tertidur sampai pagi dalam keadaan telanjang dikamar ayah.
       
       Sejak malam itu dan seterusnya aku selalu dipaksa ayah untuk memuaskan nafsu setannya. Ayah selalu menyetubuhiku tiap malam, bahkan kadang 2 atau 3 kali sehari. Ayah juga pernah mengatakan padaku kalo dia sangat suka sex dan harus tiap hari melakukan sex. Aku sampai pernah berpikir kalo almarhum ibuku dulu sakit dan sampai mati akibat perbuatan ayah. Aku jadi teringat kalo dulu penyakit ibu mulanya karena dinding rahimnya terluka, mugkin akibat tusukan penis ayah yang sangat panjang dan dilakukan dengan memaksa, seperti yang ayah lakukan padaku. Aku juga sudah sangat yakin kalo rahimku mugkin sudah rusak, mugkin aku sudah tidak bisa punya keturunan lagi kelak. Apalagi ayah pernah berkata disuatu hari, "ayah sengaja masukkan kontol ayah sampai kandas kevaginamu, supaya rahimmu rusak, supaya kamu mandul, ayah gak mau kalo kamu sampai hamil..", betapa teririsnya hatiku mendengar perkataannya saat itu. Aku telah dijadikan pemuas nafsunya. Aku selalu dikurung ayah dirumah kalo dia pergi bekerja. Dan selalu mengancam akan membunuhku kalo aku mencoba melarikan diri, ataupun bercerita pada siapa saja. Hingga hampir dua tahun aku terus dijadikan ayah sebagai pemuas nafsunya. Aku menyadari kalo ayah tiriku adalah maniak sex yang selalu harus melakukan sex. Selama 2 tahun saat melayaninya aku terus belajar menikmati agar aku tidak tersiksa. Dan kuakui aku semakin lama semakin terbiasa dan sedikit tidak terpaksa lagi melayani ayah.

        Aku selalu bernafsu kalo melihat ayah telanjang, dan selalu suka melihat penisnya, dan aku selalu suka meghisap penisnya, mempermainkan penisnya dimulutku. Tapi aku selalu tersiksa kalo penisnya dimasukkan kevaginaku. Mungkin pembaca akan mengira kalo aku juga suka diperlakukan seperti itu. Tapi jujur dari hatiku yang paling dalam bahwa aku dipaksa untuk belajar menyukai sex, dan tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauan ayahku. Hingga aku menemukan orang yang setia mendengarkan kisah hidupku, dan menurut beliau aku tidaklah bersalah kecuali menjadi korban kebuasan manusia gila seperti abang tiri dan ayah tiriku.
(penulis mencoba menceritakan dengan bahasa yang sesuai dengan usia sipelaku/korban. Dan cerita ini sudah ditambah dengan bahasa yang lebih hot)
Pembaca bole berkomentar atau tinggalkan pesan dikotak inbox...sekian terima kasih....!





1 komentar: